KABARKIBAR.ID – Pemerintah bersiap mengambil langkah untuk memprediksi dampak badai El Nino yang diperkirakan akan terjadi pada 2023.

Meski berdasarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), El Nino yang ditimbulkan di Indonesia sangat lemah.

Fenomena ini seringkali menyebabkan kemarau panjang atau berkurangnya musim hujan.

FX Herwirawan, selaku Kasubdit Perubahan, Peruntukan, dan Fungsi Kawasan Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK),  mengatakan, dampak El Nino tahun ini tidak seseram yang kita bayangkan.

“Jadi keterkaitannya dengan El Nino dan sebagainya jangan sampai diperparah, malah kalau bisa ya menjadi lebih baik,” ujarnya pada, Senin, 27 Februari 2023 lalu.

Sementara itu, Andi Nur Alamsyah, selaku Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian enggan mengomentari dampak El Nino terhadap hasil perkebunan di Indonesia dan potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

“Jangan tanya saya (tentang El Nino),” katanya.

Perkiraan El Nino di Indonesia

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan Indonesia akan mengalami El Nino lemah pada 2023.

Fenomena tersebut, menurut Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Dodo Gunawan, menyebabkan perubahan cuaca La Nina sehingga musim kemarau menjadi basah transisi ke musim kemarau seperti biasanya.

“Jadi musim ini tuh kemaraunya tuh musim kemarau normal kaya biasanya. Jadi kalau dibilang 2020 sampai 2023 musim kemarau basah, nah kalau yang sekarang musim kemarau normal. Nah seperti itu lah rata-ratanya,” kata dia.

Melihat kondisi musim yang diperkirakan akan semakin kering pada tahun 2023, BMKG mengingatkan dampak El Nino sangat mengkhawatirkan.

Misalnya, daerah yang cenderung gersang dapat mengalami kekeringan pertanian di wilayah barat hingga timur Indonesia dan risiko kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan.