Bekasi, KabarKibar.id – Cuaca panas ekstrem yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia akhir-akhir ini memang memunculkan kekhawatiran pada masyarakat, namun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa hal tersebut merupakan siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun.

Suhu panas yang terjadi saat ini merupakan fenomena akibat adanya gerak semu matahari.

Menurut BMKG, potensi suhu udara panas seperti itu dapat terjadi pada periode yang sama setiap tahunnya.

Siklus tahunan tersebut berdampak pada wilayah Jawa, di mana temperatur sedikit naik pada bulan April dan Mei, lalu suhu kembali memuncak di bulan Oktober.

Pada bulan-bulan selain itu, temperatur akan menurun.

Siklus tahunan cuaca panas ini juga disebabkan oleh perubahan arus angin, dimana di bulan April hingga Mei terjadi peralihan arus angin dari barat ke timur.

Peralihan ini menyebabkan Indonesia memasuki musim panas yang biasa disebut musim kemarau.

Kemudian di bulan Oktober hingga November, terjadi peralihan arus angin dari timur ke barat. Peralihan tersebut menyebabkan Indonesia memasuki musim penghujan.

Tak hanya itu, suhu panas juga dipengaruhi oleh keadaan lautan dan udara.

Dalam kondisi normal, Indonesia yang merupakan negara tropis memiliki suhu udara yang relatif konstan, yaitu di sekitar 30-an derajat Celcius.

Namun, suhu tersebut dapat meningkat akibat adanya pengaruh cuaca ekstrim seperti fenomena El Nino, dimana suhu laut di Samudra Pasifik naik di atas rata-rata.

Hal ini menyebabkan angin musim kemarau yang biasanya kering dan panas menjadi semakin kuat dan kering.

Meski cuaca panas bisa menjadi gangguan bagi masyarakat, BMKG mengimbau agar masyarakat tetap waspada dan melakukan tindakan pencegahan.

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan antara lain menghindari terik matahari pada pukul 10 pagi hingga 4 sore, memperbanyak minum air putih, serta mengonsumsi makanan yang mengandung air seperti buah-buahan dan sayuran.

Penyebab Terjadi nya Cuaca Panas Ekstrem

Kepala Pusat Layanan Iklim Terapan BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan menjelaskan bahwa ini adalah fenomena yang wajar terjadi setiap tahun.