KABARKIBAR.ID-  Burung Cendrawasih sebagai “Bird of Paradise” di Tanah Papua keberadaanya terancam punah akibat perburuan liar.

Burung Cendrawasih endemik pulau Papua tersebut saat ini statusnya dilindungi oleh UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya karena terancam punah akibat perburuan oleh manusia.

Burung Cendrawasih biasanya ditemukan di Indonesia seperti di bagian Timur Papua, Papua Nugini, pulau-pulau selat Torres, dan Australia timur.

Secara lebih spesifik, Burung Cendrawasih dari famili Paradisaeidae memiliki keunikan yaitu burung jantan mempunyai bulu yang panjang dan pola rumut yang tumbuh di bagian sayap, kepala dan paruhnya.

Burung Cendrawasih sendiri memiliki ukuran sekitar 4,75 hingga 39 inci, namun beberapa jenis memiliki ekor sepanjang 80 hingga 115 sentimeter.

Ekor Cendrawasih memiliki warna beragam yang bergradasi seperti bagian tubuh lainnya.

Kombinasi warna Cendrawasih dapat berasal dari warna hitam, kuning, coklat, merah, biru, hijau, dan juga putih.

Cendrawsih Jantan biasanya lebih berwarna daripada betinanya, karena warna dan bulunya digunakan untuk menarik perhatian betina saat musim kawin.

Mengenal Burung Cendrawasih

Burung Cendrawasih yang terkenal adalah jenis Cendrawasih Kuning Besar (Paradisaea apoda).

Masyarakat pribumi Papua dahulu memperdagangkan Cendrawasih jenis ini kepada orang-orang Eropa.

Sayap dan kaki burung Cendrawasih dibuang untuk dijadikan hiasan.

Burung Cendrawasih dianggap burung titisan dari surga oleh masyarakat Papua.

Oleh karena itu, Burung Cendrawasih di jadikan Maskot Provinsi Papua.

Tak heran, dengan keelokan warna bulu yang begitu indah membuat burung ini menjadian perburuan orang untuk hiasan.

Berdasarkan etimologinya, Cendrawasih merupakan gabungan dari dua kata, yaitu “cendra” yang berarti dewa atau dewi dan “wasih” yang berarti utusan.

Burung Cendrawasih terdiri dari 14 genus dan 43 spesies.

Meski burung ini dapat ditemukan di Papua Nugini hingga Australia, sebagian besar spesies Cendrawasih berada di wilayah Indonesia,.

30 spesies dan 28 diantaranya berasal dari Papua, sementara di kepulauan Maluku dan Halmahera terdapat 2 spesies burung Jenis ini.

Bangsawan Eropa mengenal Burung Cendrawasih sejak tahun 1522 dengan menjuluki sebagai ‘Bird of Paradise’.

Pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, burung asli Papua ini pernah menjadi komoditas perdagangan untuk diambil bulunya sebagai penghias topi wanita Eropa.

Bulu Cendrawasih juga digunakan sebagai hiasan kepala oleh suku-suku pedalaman Papua ketika melakukan upacara adat, seperti penyambutan tamu, acara pernikahan dan sebagainya.

Dengan menurunnya populasi Burung Cendrawasih, masyarakat Papua menjadikan burung ini sebagai maskot dan simbol Provinsi Papua.

Sehingga penggunaaan bulu Cendrawasih saat ini diganti dengan bulu imitasi agar tidak punah di tanah Papua.