Lahir pada tanggal 29 Oktober 1974, Yenny, yang akrab dipanggil “Mbak Yenny,” merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Gus Dur dan Sinta Nuriyah.

Ia memiliki seorang kakak perempuan bernama Alisa Wahid serta dua adik perempuan lainnya, Anita Wahid dan Inayah Wahid.

Yenny Wahid menyelesaikan pendidikan menengahnya di SMA Negeri 28 Jakarta pada tahun 1992.

Setelah lulus dari SMA, ia melanjutkan studi Psikologi di Universitas Indonesia (UI).

Namun, atas saran dari ayahnya, Yenny memutuskan untuk keluar dari UI dan melanjutkan pendidikannya di Jurusan Desain dan Komunikasi Visual, Universitas Trisakti.

Setelah menyelesaikan pendidikan tingginya, Yenny memutuskan untuk menjadi seorang wartawan yang secara khusus meliput peristiwa di Timor-Timur dan Aceh, mendampingi ayahnya.

Sebelumnya, Yenny Wahid juga pernah menjadi koresponden untuk koran Australia, The Sydney Morning Herald dan The Age. Saat bertugas di Timor-Timur.

Ia berhasil meliput peristiwa pasca-referendum yang menghasilkan penghargaan Walkley Award atas liputannya tersebut, seperti yang dilaporkan dalam laman walkleys.

Ketajaman Yenny dalam dunia jurnalistik juga terlihat ketika ia meliput peristiwa Jakarta menjelang masa Reformasi pada tahun 1998.

Namun, Yenny Wahid terpaksa harus meninggalkan dunia jurnalistik ketika ayahnya, Gus Dur, terpilih sebagai Presiden ke-4 Republik Indonesia.

Sejak saat itu, Yenny selalu mendampingi ayahnya sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik.

Setelah ayahnya tidak lagi menjabat sebagai presiden, Yenny melanjutkan pendidikannya dengan meraih gelar Magister Administrasi Publik dari Universitas Harvard melalui beasiswa Mason.

Setelah kembali dari Amerika Serikat pada tahun 2004, Yenny kemudian menjabat sebagai Direktur Wahid Institute.

Selama pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Yenny Wahid pernah menjadi staf khusus bidang komunikasi politik selama satu tahun.

Namun, ia akhirnya mengundurkan diri karena perbedaan kepentingan dengan jabatannya sebagai Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Pada tahun 2008, ia juga dipecat dari PKB oleh Muhaimin Iskandar. Yenny kemudian mendirikan partai politiknya sendiri, yaitu Partai Indonesia Baru pada tahun 2012.

Kemudian, partai tersebut mengubah namanya menjadi Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru (PKBIB).

Pada bulan Januari 2020, Yenny Wahid diangkat sebagai Komisaris Independen Garuda Indonesia, di mana ia menjadi perwakilan publik.

Namun, tidak lama setelah itu, ia mengundurkan diri dari jabatannya tersebut.

Pada Jumat, 13 Agustus 2021, Yenny menandatangani surat pengunduran dirinya dan menyatakan alasan pengunduran diri tersebut dalam akun Instagram pribadinya.

Ia memutuskan untuk mengundurkan diri guna membantu mengurangi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh Garuda Indonesia.

Yenny berharap langkah kecil ini dapat memberikan manfaat bagi perusahaan dan membantu perusahaan menjadi lebih efisien sehingga dapat beroperasi dengan lebih baik.