KABARKIBAR.IDLRT Jabodebek yang kabarnya akan segera dioperasikan, kini sekarang dinyatakan banyak masalah!

Hal itu pun justru dilayangkan oleh Wakil Menteri (Wamen) BUMN, Kartika Wirjoarmodjo, yang baru-baru ini membeberkan masalah yang ada pada proyek LRT Jabodebek.

Dia mengatakan, ketiadaan integrator sistem dalam proyek LRT Jabodebek menyebabkan kurangnya koordinasi antar pemangku kepentingan dan kesalahan dalam desain infrastruktur kereta.

Salah satu kesalahan desain pada jalur LRT Jabodebek adalah jembatan lengkung bentang panjang (longspan) yang menghubungkan kawasan Gatot Soebroto dan Kuningan.

Tiko menjelaskan, LRT Jabodebek awalnya dipandang sebagai proyek yang mustahil atau impossible mission.

Padahal, kereta ini dirancang untuk beroperasi dengan sistem Grade of Automation (GoA) level 3 yang memungkinkan kereta beroperasi tanpa masinis.

Ia menjelaskan, proyek LRT Jabodebek terbagi menjadi 6 komponen.

Secara khusus, PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) meng-handl bagian infrastruktur, PT Industri Kereta Api atau Inka bertanggung jawab membangun rangkaian kereta, PT Len Industri (Persero) meng-handle masalah persinyalan.

“Selain itu, KAF bertanggung jawab untuk masalah mesin kereta, Siemens bertanggung jawab untuk software development [perangkat lunak], dan PT Indosat untuk konektivitas,” jelas Tiko dalam acara InJourney Talks secara online, Selasa, 1 Agustus 2023.

Namun, ketika Tiko pertama kali menggarap proyek ini, LRT Jabodebek belum memiliki integrator sistem atau sistem penghubung.

Bahkan, proyek-proyek besar umumnya akan memiliki sistem integrator untuk menjaga agar proses tetap berjalan lancar.

Terakhir, Tiko juga telah mendirikan Project Management Office (PMO) untuk LRT Jabodebek, yang juga sebagai titik penghubung antar pemangku kepentingan.

Lengkungan Jalur LRT Jabodebek Salah Desain

Salah satu akibat tidak adanya sistem integrator adalah kesalahan desain jembatan bentang panjang (longspan) Gatot Subroto ke Kuningan.

Tiko mengatakan, kesalahan terjadi karena Adhi Karya, sebagai penanggung jawab prasanaran, membangun jembatan tanpa menguji sudut kemiringan kereta.