Sementara itu, Organisasi Riset Antariksa India (ISRO) memperkirakan bahwa harga tiket kemungkinan akan mencapai sekitar US$731.000 (sekitar Rp10,9 miliar) per penumpang.

Dalam hal penerbangan Blue Origin, pada sebuah pelelangan, satu kursi terjual dengan harga mencapai US$28 juta (sekitar Rp419,7 miliar).

Namun, dalam beberapa kasus, ada kursi lain yang diberikan secara gratis kepada individu yang terkenal atau berpengaruh, sementara satu kursi pada penerbangan selanjutnya dapat disewa dengan harga sekitar US$1 juta (sekitar Rp14,9 miliar).

Jika seseorang berharap untuk mencapai orbit penuh dengan perusahaan luar angkasa lainnya, biayanya bisa mencapai lebih dari US$50 juta (sekitar Rp749,5 miliar), meskipun perkiraan ini dapat bervariasi.

Salah satu contoh peserta wisata luar angkasa yang berhasil mencapai orbit penuh adalah desainer video game Richard Garriott.

Pada tahun 2008, Garriott melakukan misi ke Stasiun Luar Angkasa Internasional menggunakan pesawat Soyuz TMA-13.

Menurutnya, pada tahun 2021, biaya perjalanan luar angkasa telah turun “seribu kali lipat” dibandingkan dengan waktu awal peluncurannya.

Namun, ia menekankan bahwa penurunan harga tersebut tidak akan terjadi secara signifikan di masa depan jika orang-orang kaya terus memanfaatkan kesempatan ini.

Beberapa perusahaan, seperti SpaceX milik Elon Musk, telah membawa penumpang ke orbit dengan biaya yang lebih terjangkau.

Musk berhasil menurunkan biaya dengan menggunakan roket yang dapat digunakan kembali.

Jeff Bezos dari Amazon juga tidak ingin ketinggalan dalam persaingan ini dan berencana untuk membangun stasiun orbit komersial yang dikenal sebagai Orbital Reef.

Meskipun biaya wisata luar angkasa semakin terjangkau seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan jumlah penerbangan, tetap ada tantangan dan risiko yang harus diperhatikan.

Pada tahun 2014, Virgin Galactic mengalami kecelakaan fatal ketika pesawat luar angkasanya mengalami ledakan selama uji coba, menewaskan seorang pilot dan melukai seorang lainnya.

Selain itu, perjalanan luar angkasa yang berkepanj

angan dapat berdampak negatif pada tubuh manusia. Astronot NASA, Megan McArthur, menyatakan bahwa perjalanan luar angkasa tidak nyaman dan berisiko.

Hal-hal sederhana seperti tidur atau menyikat gigi menjadi tantangan yang harus dihadapi dengan cermat.

Meskipun hanya sekitar 1% dari penerbangan luar angkasa manusia yang dilakukan oleh Amerika Serikat yang mengalami kecelakaan fatal, angka ini masih menggambarkan risiko yang signifikan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Center for Space Policy and Strategy, diketahui bahwa perjalanan luar angkasa memiliki risiko sekitar 10.000 kali lebih tinggi dibandingkan dengan terbang dengan pesawat komersial.

Dengan perkembangan teknologi dan semakin banyaknya pemain di industri ini, diharapkan bahwa biaya wisata luar angkasa akan terus menurun.

Namun, penting bagi kita untuk tetap menyadari risiko dan mempertimbangkan secara hati-hati sebelum memutuskan untuk merasakan pengalaman yang luar biasa ini.