Putrinya yang baru berusia 14 bulan menderita batuk dan pilek bahkan sesak napas.
“Itu sakitnya udah dari Senin pekan lalu,” kata Wilsa menurut dari Kompas, Senin, 5 Juni 2023.
Yuni, warga Kota Bekasi, mengeluhkan hal yang sama. Kedua cucunya mengalami batuk pilek dan tidak kunjung membaik dalam sebulan terakhir.
“Jadi orang tuanya, termasuk saya, neneknya, menasihatinya untuk banyak minum, tapi jangan minum es. Karena kalau banyak minum, sakitnya itu lumayan lah berkurang,” kata Yuni.
Terkaitnya buruknya kualitas udara di DKI Jakarta, mendapat respon dari Bondan Andriyanu, kepala kampanye iklim dan energi Greenpeace, mengatakan tindakan mendesak diperlukan untuk mengatasi kualitas udara Jakarta yang kian memburuk.
Menurut Bondan, salah satu upaya yang harus dilakukan adalah harus adanya peringatan dari Pemprov DKI Jakarta untuk melindungi kelompok rentan dari paparan polusi yang lebih parah.
“Sayangnya, Dinas Kesehatan DKI Jakarta hingga saat ini belum berupaya melakukan sosialisasi secara massal agar pesan tersebut diterima secara luas oleh masyarakat,” kata Bondan melalui Kompas, Selasa, 6 Juni 2023.
Bondan mencontohkan, jika data Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) menjadi tidak sehat, peringatan bisa dikeluarkan.
FYI, DKI Jakarta telah diakui sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.
Mengutip laman IQAir, indeks kualitas udara di DKI pukul 08.00 WIB pada hari Sabtu, 17 Juni 2023 adalah 158, atau artinya adalah tidak sehat.
Bahkan, kemunculan polusi akhir-akhir ini mulai menyerupai kabut. Ini tentu menyangkut potensi pada efek kesehatan pada masyarakat. ***
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan