Ramadhan Siap Bertangungjawab Atas korban Luka dan Kerusakan Lain Akibat Tradisi Udik-Udikan

Sementara itu, Ramdhan siap bertanggung jawab atas kericuhan tadisi udik-udikan hingga beberapa warga terlika hingga pagar kelurahan sampái ambruk.

“Untuk insiden tadi pada saat acara memang ada. Kayak anak jatuh, mungkin. Karena terlalu ramai juga. Saya siap bertanggung jawab sepenuhnya. Dan saya pribadi, bertanggungjawab sepenuhnya, termasuk pagar kelurahan yang ambruk,” ujarnya.

Ramadhan menambahkan, yang luka ada tiga anak usia 16 tahun, 10 tahun, dan 16 tahun dan 1 orang dewasa.

“ Korban dibawa ke Puskesmas untuk mendapatkan perawatan, “biaya pengobatan kami luinasi semua,” Jelas Ramadhon.

Ia kemudian menepis ada kabar korban yang meninggal, tidaklah benar dan hanya hoax.

“Untuk kabar ada yang meninggal itu hoax,” katanya.

Ramadhan mengaku, sebelumnya sudah ada pelarangan dari pihak berwenang.

Namun karena keputusan keluarga besar harus tetap dilaksanakan akhirnya kegiatan berlangsung.

Saat acara berlangsung, petugas meminta acara diberhentikan lantaran banyak korban pingsan jumlah massa yang sangat banyak memenuhi area depan rumah dan halaman kelurahan setempat.

Kelurahan Sudah Semaksimal Mungkin Mencegah Aksi Tradisi Udik-Udikan

Kelurahan Jenggot, Muhammad Fatoni mengaku sudah berupaya maksimal mencegah terjadinya aksi tebar uang yang dilakukan warganya.

Namun hasil koordinasi antara pihak kelurahan Polsek dan Koramil mengalami jalan buntu.  “

Pihak yang punya hajat tetap bersikukuh melaksanakan tradisi tebar uang.

“ Bahkan yang bersangkutan siap bertanggungjawab penuh bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dengan menandatangani surat pernyataan bermaterai,” kata Muhammad Fatoni.

Pihaknya mendapatkan Informasi dari media sosial yang di share oleh yang punya hajat dan isunya uang yang akan disebarkan mencapai 30 juta. Dan ini sudah dishare ke medsos.

Jadi warga yang datang dari mana-mana, bukan hanya dari warga sekitar saja. Karena nilainya besar, maka pihak kelurahan mengambil  tindakan, yaitu persuasif agar situasi tetap kondusif dan tidak ada ijin.

“Dengan uang sebanyak itu dari ratusan, lima puluhan, dari besar sampai kecil. Kita sempat melakukan edukasi agar hal itu tidak terjadi seperti pencegahan, dibatalkan ataupun dengan cara yang lain dan aman.

Ternyata, ketika kita koordinasi mau dirembukkan dengan keluarga, pihaknya pinginnya tetap ada dan tetap akan menggandakan,” ungkapnya.

Kemudian pihaknya membuat surat pernyataan, bahwa yang punya hajat siap untuk segala resikonya.

Pihaknya dari kelurahan dan pak bhabin tidak siap untuk bertanggung jawab dengan segalanya untuk resiko yang terjadi apabila udik2 an tetap dilakukan.

“Kalau untuk perizinan tidak bisa, karena bukan ranahnya. Kami hanya bisa mengimbau saja.

Apabila bersedekah tetap santun kan lebih bagus, tapi pemilik rumah bersikukuh apa boleh buat. Akhir nya pemilik rumah bikin surat pernyataan untuk segala resikonya terkait udik udikan,”katanya.