Permasalahan ini menciptakan dua pandangan yang berbeda di kalangan warganet, dengan beberapa orang mengkritik Daniel Mananta dan menyamakan toilet gender netral dengan toilet campur.

Namun, ada juga sejumlah warganet yang mendukung pernyataan Daniel dan memahami bahwa toilet gender netral memiliki perbedaan mendasar dengan toilet campur.

Akun Twitter @andori merupakan salah satu yang memberikan penjelasan terperinci tentang perbedaan tersebut.

“Toilet umum biasa (toilet campur) & toilet gender neutral yang dimaksud VJ Daniel itu beda. Yang dimaksud dia itu di SD tersebut ada 3 bilik toilet untuk cewek, cowok & netral. Gurunya bilang Anak bs ikutin feeling sendiri & sekolah gak akan bilang ke Ortu. Pentingnya ntn full,” tulis akun tersebut.

Akun ini juga mengambil contoh dari kondisi di Jepang, di mana telah terjadi perdebatan mengenai toilet umum yang melibatkan beberapa jenis (Pria-Wanita-Netral), yang akhirnya dipadukan menjadi satu bernama toilet all gender.

Namun, hal ini tetap kontroversial karena dianggap bisa meningkatkan risiko pelecehan dan kebingungan di kalangan masyarakat.

“Akan tetapi, menurut saya, Daniel sebagai seorang orang tua merasa tidak cocok jika anaknya yang masih berusia sekolah dasar, yang masih membutuhkan bimbingan, arahan, dan pendidikan dari orang tua, sekolah di tempat seperti itu. Intinya, ini kembali kepada kebijakan setiap orang tua karena aturan dan pendekatan dalam mendidik anak berbeda-beda,” tulis akun tersebut.

Lebih lanjut, akun ini juga menyampaikan pandangannya tentang manfaat toilet gender netral di tempat umum (bukan di sekolah dasar).

Toilet ini bisa memberikan manfaat bagi individu non-biner, transgender yang sedang menstruasi dengan menyediakan tempat untuk perlengkapan sanitasi yang tidak ada dalam toilet laki-laki, serta memberikan tempat yang nyaman bagi minoritas yang merasa tidak nyaman masuk ke toilet biasa.

Kontroversi ini muncul setelah Daniel Mananta mengungkapkan adanya toilet gender netral di sebuah sekolah internasional ketika berbincang dengan Quraish Shihab dalam saluran YouTube-nya beberapa waktu lalu.

Menurutnya, sekolah internasional ini berada di wilayah Jabodetabek dan ia menjelaskan bahwa toilet gender netral ada di sekolah tersebut.

Pada umumnya, di Indonesia, toilet sekolah hanya memiliki fasilitas toilet perempuan dan toilet laki-laki.

Oleh karena itu, adanya toilet gender netral di sekolah tersebut menarik perhatian dan menimbulkan berbagai pandangan.

Dalam hal ini, pernyataan Daniel Mananta tentang agenda “woke” juga menjadi sorotan, yang ia definisikan sebagai gerakan untuk menormalisasi kebebasan menentukan identitas gender.