Jaynal Pervez yang menjadi saksi dari kejadian tersebut.

Ia mengalami detik-detik mencekam yang tidak dapat dilupakannya.

Pervez mengatakan tidak ada tempat yang aman saat kejadian itu terjadi.

“Tidak ada tempat yang lebih aman. Saya tidak tahu harus berbuat apa,” ujarnya seperti dilansir oleh AFP.

Pervez memberitahu penyiar CBS mengenai keadaan yang kacau balau di tempat parkir mal.

Ia melihat banyak sepatu dan ponsel orang yang berserakan di jalan.

Insiden penembakan ini terjadi di Amerika Serikat yang memiliki lebih banyak senjata api daripada jumlah penduduknya, dan menyebabkan tingkat kematian akibat senjata api tertinggi di antara negara maju lainnya.

Tahun lalu saja, terdapat 49.000 tingkat kematian akibat senjata api, yang naik dari 45.000 pada tahun sebelumnya.

Menurut Arsip Kekerasan Senjata, tercatat lebih dari 195 penembakan massal yang terjadi di Amerika Serikat sepanjang tahun ini.

Penembakan massal didefinisikan sebagai empat atau lebih orang yang terluka atau terbunuh dalam satu kejadian.

Insiden penembakan ini menjadi sorotan karena kasus serupa terjadi dengan frekuensi yang tinggi di Amerika Serikat, dan perlu dilakukan upaya untuk mengurangi angka kematian akibat senjata api serta mendorong kesadaran akan pentingnya gun control di negara tersebut.

Otoritas AS masih menyelidiki motif di balik penembakan yang terjadi di mal Allen Premium Outlets, Texas, pada Sabtu (6/5) sore waktu setempat.

Pelaku yang berusia 33 tahun telah ditembak mati oleh polisi di lokasi kejadian.

Otoritas AS belum memberikan rincian detail mengenai penyelidikan mereka, namun media-media AS telah menyebut kemungkinan motif ekstremis di balik insiden penembakan itu.

Seorang pejabat yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan kepada The Associated Press bahwa agen-agen federal AS sedang menyelidiki akun-akun media sosial yang diduga digunakan oleh pelaku.

Begitu pula dengan postingan-postingan yang menunjukkan minat pada supremasi kulit putih dan neo-Nazi.

Tato bertuliskan “RWDS” di dadanya menjadi perhatian karena merupakan singkatan dari “Right Wing Death Squad” atau Pasukan Kematian Sayap Kanan, yang merupakan frasa populer di kalangan ekstremis sayap kanan dan komunitas supremasi kulit putih.