KABARKIBAR.ID- Modifikasi cuaca akan dilakukan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dengan teknologi modifikasi cuaca (TMC) di wilayah Jabodetabek pekan ini untuk mengatasi polusi udara yang akhir-akhir ini dengan kualitas udara buruk.

Hal tersebut diungkapkan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar saat melakukan diskusi dengan BMKG mengenai polusi dan perubahan iklim di dunia.

“ Mengenai modifikasi cuaca, kita sendiri di KLHK sudah berdiskusi dengan BMKG terkait polusi di Jabodetabek. Untuk mengatasi masalah ini, kemungkinan kita bersama BMKG melakukan modifikasi cuaca mulai pekan depan,” kata  Siti Nurbaya dalam surat keterangan resmi, Senin 21 Agustus 2023.

Modifikasi cuaca akan dilaksanakan oleh BMKG, kata Siti Nurbaya Bakar pada tanggal 21, 22, 22, 28 bulan ini Agustus, pada bulan September pada tanggal 2,5, dan seterusnya.

Dengan adanya mondifikasi ini, indeksi kualitas udara di Jabodetabek khususnya di DKI Jakarta bisa berkurang.

Sementara itu Badan Standardisasi Nasional (BSN) telah menentukan standar jenis hingga penempatan alat yang akan diterapkan pada saat dilakukan TMC.

“Badan Standardisasi Nasional sudah mengeluarkan standar untuk jenis alat dan penempatan alat, pada tanggal 15 Agustus kemarin, ” kata Siti.

Terkait Teknologi Modifikasi cuca untuk Jabodetabek,  Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan sudah lama memperencanakan dan mempersiapkan TMC untuk wilayah Jabodetabek.

Namun, pihaknya masih menunggu awan hujan yang cukup untuk dilakukan TMC.

“ TMC sudah lama kita persiapkan, tapi harus menunggu awan hujan yang cukup untuk dilakukan modifikasi cuaca,” katanya.

Karnawati Dwikorita menambahkan, damak dari perubahan iklim serta musim kemarau berakibat buruk dengan kualitas udara di Jabodetabek, khususnya di DKI Jakarta.

“ Ini menjadi salah satu dampak dari musim kemarau yang kering, di mana hujan, curah hujan bulanan rendah, bahkan tidak hujan sama sekali selama beberapa bulan itu dapat berdampak pada memburuknya kualitas udara akibat tidak terjadinya pencucian polutan oleh air hujan,” lanjutnya.

Modifikasi Cuaca Sudah Dilakukan Sabtu Lalu

Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dengan menaburkan garam di langit Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) ternyata sudah dimulai Sabtu lalu, 19 Agustus 2023.

Sebanyak 800 kg garam ditaburkan untuk disemai awan hujan, supaya menurunkan hujan untuk mengatasi polusi udara di Jabodetabek dapat ditanggulangi.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) penyemaian sudah sejak Sabtu lalu 19 Agustus 2023 dengan 1 sorti penerbangan.

Penyemaian awan hampir selama 2 jam penebangan (14.15 hingga 16.00 WIB) dengan menaburkan garam semai sekitar 800 kg di atas ketinggian 9000-10.000 kaki.

Koordinator Laboratorium Pengelolaan TMC BRIN, Budi Harsoyo mengatakan TMC sudah dilakukan untuk mengurangi polusi udara dimana Posko TMC dipusatkan di Bandara Lanud Husein Sastranegara Bandung.

“Sabtu kemarin sudah dilaksanakan satu sorti penerbangan dengan target penyemaian di wilayah Kabupaten Cianjur, Depok, Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat,” ujar Budi.

Kualitas Udara DKI Jakarta Buruk

Kualitas udara DKI Jakarta siang ini, Senin 21 Agustus 2023 masih terburuk nomor 5 dunia dengan tingkat polusi udara tidak sehat  berdasarkan data dari IQAir pada pukul 10.15  WIB.

Sedangkan kualitas udara DKI Jakarta di kota-kota besar di Indonesia, nomor 5 terburuk dibawah Terentang, Kalimantan Barat, Tangerang Selatan, Provinsi Banten, Surabaya Jawa Timur, Mempawah, Kalimantan Barat

Dikutip dari laman IQAir https://www.iqair.com/id/indonesia/jakarta, pukul 10.15 WIB, US air quality index (AQI US) atau indeks kualitas udara di DKI Jakarta masih tercatat di angka 160.

DKI Jakarta masuk kategori tidak sehat dengan onsentrasi polutan tertinggi dalam udara DKI Jakarta hari ini yakni PM 2.5. Konsentrasi polutan tersebut 14 kali nilai panduan kualitas udara tahunan World Health Organization (WHO).

Cuaca di Jakarta siang ini berkabut dengan suhu 26 derajat celsius, kelembapan 83 persen, gerak angin 11.1 km/h, dan tekanan sebesar 1012 milibar.

Adapun kota dengan kualitas udara terburuk pada pagi ini ditempati oleh Doha, Qatar, dengan indeks 206. Posisi kedua ditempati Seattle, Amerika Serikat, dengan indeks 167, serta ketiga yakni Lahore, Pakistan, dengan indeks 164.

Bahkan, kualitas udara  di DKI Jakarta akan berlanjut 5 hari kedepan, Sabtu 26 Agustus pekan depan yang diperkirakan udara tidak sehat bagi kelompok sensitif.

Indeks kualitas udara DKI Jakarta akan semakin naik perjam nya hingga mencapai tertinggi, namun indeks pada malam hari akan semakin turun indeks kualitas udara.

Faktor yang menyebabkan kualitas udara tidak sehat ini adalah konsentrasi polutan, khususnya PM 2.5.

Partikel ini memiliki ukuran sangat kecil, kurang dari 2,5 mikrometer, namun efeknya bagi kesehatan sangat besar.

Berikut 10 Kota Kualitas Udara Terburuk di Indonesia  Menurut  IQAir