Di balik istilah yang unik ini, ada penjelasan ilmiah yang menarik.
Berdasarkan laporan dari laman Berikut, istilah Blue Moon dalam kasus ini muncul dengan beberapa alasan yang memiliki dasar ilmiah yang kuat.
Menurut NASA, Supermoon ini disebut sebagai Blue Moon karena ia adalah bulan purnama penuh ketiga yang terjadi dalam satu musim yang memiliki empat bulan purnama.
Ini menunjukkan bahwa dalam siklus bulan purnama, ada momen langka ketika terdapat tiga bulan purnama yang terjadi dalam satu musim kalender.
Pentingnya momen ini semakin jelas ketika menyadari bahwa Blue Moon ini adalah bulan purnama kedua dalam tahun ini setelah Sturgeon Moon yang terjadi pada 1 Agustus lalu.
Selain itu, peristiwa Blue Moon ini menyajikan panorama astrobiografi yang indah yang menghiasi langit dari berbagai penjuru dunia.
Tak hanya itu, Blue Moon juga memenuhi syarat sebagai supermoon.
Supermoon terjadi ketika bulan berada pada perigee, yaitu titik dalam orbitnya yang paling dekat dengan Bumi.
Pada saat itu, bulan terlihat lebih besar dan lebih terang di langit daripada biasanya.
Bagi pecinta fenomena langit, pengalaman ini memberikan kesempatan untuk melihat bulan dengan ukuran sekitar 7 persen lebih besar daripada biasanya.
Walaupun perbedaan ini mungkin tidak begitu terasa saat dilihat dengan mata telanjang, pengamat yang cermat dapat memperhatikan peningkatan ukuran ini saat melihat bulan purnama.
Hal ini berkaitan dengan bentuk orbit elips Bumi. Bulan mengelilingi Bumi dalam orbit yang berbentuk elips, bukan sempurna.
Akibatnya, setiap bulan memiliki titik perigee (jarak terdekat) dan apogee (jarak terjauh) dari Bumi.
Rentang jarak rata-rata antara perigee dan apogee bulan adalah sekitar 363.400 hingga 405.500 kilometer.
Dalam konteks ini, Fred Espenak, seorang astronom dan mantan kalkulator gerhana dari NASA, menjelaskan bahwa kriteria untuk mendefinisikan sebuah bulan sebagai supermoon adalah ketika bulan memiliki 90 persen perigee dari perigee terdekatnya.
Penggunaan istilah Blue Moon dalam konteks Supermoon Agustus ini memperkaya pemahaman kita tentang fenomena langit yang menakjubkan.
Kombinasi dari faktor-faktor seperti keterkaitan dengan musim, kedekatan dengan Bumi, dan keindahan visual yang dihasilkan menjadikan momen ini tak hanya menarik bagi para astronom dan pengamat langit, tetapi juga bagi masyarakat umum yang ingin menikmati keindahan alam semesta yang terus berputar di atas kepala kita.
Tinggalkan Balasan