Orexin meningkatkan kewaspadaan pada orang lapar, dan ghrelin telah terbukti berperan dalam mengurangi pengeluaran energi selama rasa lapar.

Studi lain menunjukkan bahwa serotonin dikaitkan dengan rasa kantuk setelah makan.

Serotonin adalah neurotransmitter (zat kimia yang mengirimkan pesan di sepanjang neuron) yang mendorong tidur.

Prekursornya yaitu triptofan, asam amino yang hanya dapat diperoleh melalui makanan kita.

Namun, triptofan dalam darah tidak begitu saja diubah menjadi serotonin.

Dilansir dari Cleveland Clinic, Julian Zumpano, RD, LD, ahli diet terdaftar, menjelaskan bahwa saat mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat dan protein, seseorang seringkali merasa lebih mengantuk karena menyerap triptofan dari protein, meningkatkan serotonin.

Makan juga menyebabkan gula darah naik, yang dapat menyebabkan energi rendah.

“Setelah makan, gula darah naik. Insulin memasuki aliran darah untuk menarik gula keluar dari aliran darah dan masuk ke sel untuk energi,” kata Zumpano.

Jika kamu tidak memiliki cukup insulin atau gula darah kamu meningkat, hal itu dapat memengaruhi seberapa lelah seseorang.

Selain itu, sejumlah besar glukosa memiliki efek pembalikan pada neuron yang sebelumnya dipengaruhi oleh orexin dan ghrelin.

Glukosa dalam jumlah besar mematikan neuron yang merespons kedua hormon ini, mengurangi kewaspadaan dan menyebabkan kantuk.

Selain itu, makan besar mengalihkan darah, energi, dan perhatian dari tubuh ke usus.

Karena, begitu kita mencerna makanan, proses pencernaan dimulai.

Lalu ada pelepasan cairan pencernaan dari lambung, pankreas, dan usus, yang semuanya merupakan proses berenergi tinggi.

Dengan lebih banyak energi yang dikuras untuk pencernaan, maka tubuh akan mengurangi suplai darah ke otak dan organ lainnya sehingga menyebabkan kantuk.