Ia menjelaskan, udara yang tercemar dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

“Dan selama ini belum ada solusi untuk mencegah dan memulihkan kualitas udara,” pungkas Natalia.

Kemarau Jadi Salah Satu Faktor Buruknya Kualitas Udara di DKI Jakarta

Musim kemarau dalam beberapa bulan terakhir menjadi salah satu penyebab buruknya kualitas udara di Jakarta.

Hal itu disampaikan Sigit Reliantoro, Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Menurut dia, buruknya kualitas udara di Jakarta terlihat pada siklus meteorologi di bulan Juni, Juli, dan Agustus.

“Dari segi siklus memang pada bulan Juni, Juli, dan Agustus tingkat polusi di Jakarta selalu meningkat karena pengaruh udara kering dari arah timur,” kata Sigit dalam jumpa pers di Jakarta Timur, Jumat, 11 Agustus 2023.

Selain itu, pembuangan emisi dari kendaraan tentu berkontribusi terhadap masalah udara di ibu kota.

Hal tersebut muncul dari hasil kajian yang dilakukan Pemprov DKI bersama beberapa pemangku kepentingan pada tahun 2020 tentang pencemaran udara di Jakarta.

Jika dilihat dari sektornya, transportasi menyumbang 44 persen polusi udara, industri 31 persen, industri energi manufaktur 10 persen, perumahan 14 persen, dan komersil 1 persen.

Kepala DInas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto menambahkan, situasi udara di Jakarta berfluktuasi saat memasuki musim kemarau.

“Salah satunya karena kita memasuki musim kemarau, yakni Juli hingga September yang biasanya merupakan puncak musim kemarau.”

“Sehingga hal ini menyebabkan kondisi udara yang kurang baik di Jakarta,” kata Asep.