KABARKIBAR.ID – Masyarakat diminta untuk bersiap-siap karena BMKG memprediksi bahwa puncak kekeringan terjadi pada September – Oktober 2023.

Saat ini, September 2023, kekeringan masih melanda di sejumlah wilayah Indonesia.

Sayangnya, keadaan ini berdampak pada kehidupan masyarakat khususnya petani.

Lantas, kapan mulai turun hujan karena efek El Nino ini? Apakah bulan September dan Oktober bakal terjadinya hujan?

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), ada tiga fenomena yang terjadi secara bersamaan pada September ini yang jadi salah satu puncak kekeringan di 2023.

Urip Haryoko, selaku Pelaksanan Tugas (Plt) Deputi BMKG mengatakan, puncak kekeringan diperkirakan akan terjadi pada bulan September dan Oktober.

“Jika puncak yang disebutkan merupakan masa periode kering dampak El Nino di Indonesia, maka akan terasa pada bulan September dan Oktober,” katanya.

“Karena periode ini merupakan puncak musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia,” lanjutnya.

Namun kabar baiknya, pada bulan September, berdasarkan prakiraan curah hujan bulanan dari BMKG, ada beberapa daerah akan memiliki curah hujan bulanan yang rendah (0-100mm/bulan), terutama pada bulan Agustus-September-Oktober 2023.

Daerah tersebut antara lain Sumatera bagian tengah hingga selatan, Kepulauan Jawa dari Bali hingga Nusa Tenggara, Kalimantan bagian selatan, sebagian besar Sulawesi, sebagian Maluku Utara, sebagian Maluku, dan Papua bagian selatan.

Faktor Utama Kekeringan di Indonesia Menurut BMKG

Berikut ini adalah beberapa faktor utama terjadinya kekeringan menurut BMKG.

El Nino

El Nino merupakan fenomena suhu yang tidak biasa di Samudera Pasifik yang menyebabkan penurunan curah hujan secara global, termasuk di Indonesia.

Berdasarkan informasi BMKG, dampak El Nino tergantung pada intensitas El Nino, durasi El Nino, dan musim saat ini.

“Dampak El Niño di Indonesia biasanya terasa kuat pada musim kemarau, khususnya pada bulan Agustus-September-Oktober.”

El Nino ini nyatanya tergolong moderat meskipun dampaknya dapat diabaikan.

Hal ini terlihat dari sejumlah indeks kualitas El Nino; Southern Oncillation Index (SOI) mencapai -9.5, indeks NINO 3.4 mencapai +1.27.