KabarKibar.id – Tiket konser Coldplay sudah ditutup, namun masih banyak pengalaman-pengalaman mereka yang membeli tiket tersebut.

Adapula karena harganya yang mahal, banyak orang yang melakukan berbagai macam cara yang salah satunya adalah pinjaman online atau pinjol.

Hal ini mendapat perhatian dari pengamat sosial Universitas Indonesia, Devie Rahmawati terkait orang-orang yang nekat mengajukan pinjol demi selembar tiket konser Coldplay.

Hal ini, kata Devie, sangat erat kaitannya dengan kapitalisme, khususnya sistem ekonomi yang memberikan kebebasan penuh kepada masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi dengan tujuan mengambil keuntungan.

“Praktek kapitalisme akan merasakan perayaannya dalam masyarakat digital ini. Mengapa? Karena era digital ini adalah kegemaran praktik konsumerisme (paham atau gaya hidup yang menganggap sesuatu yang mewah sebagai ukuran kebahagiaan). Karena konsumerisme sejatinya memang didorong,” Ujar Devie pada Rabu, 17 Mei 2023.

Menurut Devie, seseorang yang nekat meminjam uang dengan pinjol untuk membeli sesuatu yang seharusnya membuat dirinya bahagia, tidak sepenuhnya dilarang.

Namun, mereka harus memiliki pengetahuan keuangan dan kemampuan untuk membayar hutang.

“Kalau dia (orang yang membeli tiket Coldplay dengan pinjaman) bisa menghitungnya dengan benar, maka dia bisa membayar utangnya (tidak masalah). Kenikmatan, kebahagiaan,yang dia peroleh itu begitu besar. Kebahagiaan terkadang tidak bisa diukur melalui materi. Jelasnya

“Kalau itu membuatnya senang, dia jadi lebih semangat bekerja, dari situ dia jadi lebih produktif dan akhirnya bisa melunasi utang yang dia tanggung, itu pasti tidak akan jadi masalah,” lanjutnya.

Selain itu, Devie mengatakan tidak disarankan mengajukan pinjaman untuk sesuatu yang dianggap kebahagiaan jika sama sekali tidak mampu membayar.

“Masalahnya ketika pilihan itu (membeli tiket Coldplay dengan pinjol) dibuat tanpa memperhatikan literasi dan persiapan keuangan, maka itu menjadi masalah. Dan ini kan sudah jadi masalah besar di ruang digital,” ujarnya.

“Kalau ini (pinjol) diikuti dengan kemampuan keuangan yang baik atau setidaknya perhitungan yang matang, tentu tidak masalah. Tapi kalau tidak dibarengi dengan perhitungan yang matang dan pengetahuan keuangan yang baik, maka akan menjadi bencana,” kata Devie.