BSI kemudian menjawab dengan mengatakan akan membelinya seharga USD $100.000.

Namun, peretas mengajukan tawaran $ 20 juta. Melihat harga referensi yang diberikan oleh LockBit, BSI menurunkan harga.

“Mengapa begitu mahal. Setidaknya beri kami contoh usernam dan password yang Anda curi dan kami akan membelinya seharga $10 juta,” jawabnya.

Karena negosiasi tidak mengarah pada hasil ini, LockBit akhirnya menyebarkan data nasabah dan karyawan BSI.

Sebelumnya, sistem BSI mengalami gangguan sejak 8 Mei 2023.

LockBit kemudian mengakui bahwa gangguan pada sistem BSI disebabkan oleh serangan ransomware mereka.

Klaim BSI

Kabar serangan siber grup ransomware LockBit terhadap PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) dan bocornya data nasabah bank ini terus membuat heboh masyarakat.

Gangguan layanan perbankan dan masalah keamanan data BSI yang disebabkan oleh LockBit telah diperhatikan beberapa hari belakangan ini.

Namun, Bank Syariah Indonesia (BSI) dengan tegas menegaskan bahwa data dan dana nasabah tetap aman meskipun ada serangan ransomware LockBit.

Menanggapi kabar tersebut, Wakil Direktur PT Bank Syariah Indonesia Tbk, Bob Tyasika Ananta meyakinkan tidak ada yang perlu dikhawatirkan terkait kabar yang tersebar di Twitter tersebut.

“Insya Allah data dan dana nasabah aman,” katanya pada Selasa, 16 Mei 2023.

Namun, klaim LockBit bahwa mereka memiliki data BSI perlu diverifikasi.

Ketua Informasi dan Komunikasi PB HMI, Firman Kurniawan Said mennyatakan, BSI sebagai lembaga perbankan memiliki tanggung jawab untuk menjamin keamanan uang dan transaksi keuangan masyarakat.

Dia mengatakan data pelanggan yang aman selalu menjadi perhatian penting dari regulator bank saat ini.

Firman juga menambahkan bahwa meskipun LockBit dapat memiliki sampel laporan nasabah, belum tentu kalau itu nasabah dari BSI.

Oleh karena itu, verifikasi klaim ini harus dilakukan untuk memastikan keasliannya.

BSI sebagai bank BUMN harus menjaga kepercayaan masyarakat terhadap keamanan data nasabah.