Pada tahun 2040, populasi lansia di Jepang diproyeksikan akan mencapai 34,8 persen dari total populasi.

Ini merupakan sebuah tantangan serius yang harus dihadapi oleh Jepang dalam hal perawatan kesehatan, pekerjaan lansia, dan kesejahteraan sosial.

Tren menuanya populasi Jepang ini juga memiliki dampak ekonomi dan sosial yang signifikan.

Karena jumlah pekerja muda semakin berkurang, terdapat ketidakseimbangan antara jumlah pekerja yang aktif dengan jumlah lansia yang membutuhkan perawatan kesehatan dan layanan sosial.

Ini mengakibatkan meningkatnya biaya perawatan dan pelayanan bagi penduduk lansia, yang pada akhirnya akan menjadi beban besar bagi pemerintah dan masyarakat.

Dalam upaya mengatasi tantangan ini, Jepang perlu mempertimbangkan berbagai kebijakan seperti mendukung pekerjaan lansia, meningkatkan produktivitas pekerja lansia, dan mengembangkan sistem perawatan kesehatan yang efisien dan terjangkau bagi populasi lansia yang semakin besar.

Selain itu, pemerintah juga perlu mendorong generasi muda untuk memiliki lebih banyak anak untuk mengatasi penurunan populasi.

Populasi lansia yang terus meningkat di Jepang adalah fenomena yang mencerminkan perubahan demografis signifikan di negara tersebut.

Meskipun Jepang telah berhasil mencapai harapan hidup yang tinggi, hal ini juga menghadirkan berbagai tantangan, terutama dalam hal perawatan kesehatan, pekerjaan lansia, dan sistem kesejahteraan sosial.

Jepang harus mencari solusi yang tepat untuk mengatasi ketidakseimbangan antara populasi lansia yang semakin besar dengan jumlah pekerja muda yang semakin berkurang.

Hal ini bukan hanya masalah Jepang saja, melainkan juga menjadi pelajaran bagi negara-negara lain yang menghadapi tantangan serupa akibat perubahan demografis.

Upaya untuk menciptakan masyarakat yang berkelanjutan dan seimbang dari segi usia merupakan salah satu kunci kesuksesan bagi negara-negara di masa depan.

Tren Lansia di Indonesia: Sebuah Perbandingan dengan Jepang

Penduduk lansia di Indonesia juga mengalami perubahan signifikan seiring berjalannya waktu.

Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada tahun 2022, persentase penduduk lansia di Indonesia mencapai 10,48%.

Angka ini mengalami penurunan sebesar 0,34% poin dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 10,82%.

Sementara persentase ini masih jauh di bawah Jepang, perubahan demografis ini tetap memiliki implikasi yang signifikan bagi Indonesia.

Tren penurunan persentase lansia sejalan dengan upaya pemerintah Indonesia untuk meningkatkan harapan hidup dan kualitas hidup penduduk.

Namun, hal ini juga menunjukkan bahwa perubahan demografis dapat berdampak pada rasio ketergantungan, yang merujuk pada jumlah penduduk lansia yang bergantung pada penduduk usia produktif.

Pada tahun 2022, rasio ketergantungan penduduk lansia di Indonesia mencapai 16,09. Artinya, 100 penduduk usia produktif di Indonesia harus menanggung 16 penduduk lansia.

Meskipun angka ini lebih rendah dibandingkan dengan Jepang, namun demikian, perubahan ini tetap menjadi pertimbangan penting dalam perencanaan kebijakan di Indonesia.

Jenis kelamin juga memainkan peran penting dalam perubahan demografis ini. Data BPS menunjukkan bahwa 51,81% dari penduduk lansia di Indonesia adalah perempuan, sementara laki-laki berkontribusi sebesar 48,19%.

Perbedaan ini sejalan dengan temuan yang sama di Jepang, di mana persentase perempuan lansia lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.