Sejak tahun 2021, POCO telah menjadi merek independen yang terpisah dari Xiaomi.
Hal ini diumumkan oleh Country Director Xiaomi Indonesia, Alvin Tse, saat peluncuran model terbaru POCO M3 yang dijuluki “The New Entry-Level Killer” pada Kamis malam (21/1) kemarin.
Sebelumnya, POCO adalah sub-brand yang didirikan pada tahun 2018 di bawah merek Xiaomi.
Bahkan, sebelum menjabat sebagai Country Director Xiaomi Indonesia, Alvin sendiri pernah menjabat sebagai Global Head POCO.
Menurut Alvin, dalam waktu relatif singkat, yaitu 2,5 tahun, POCO telah menjadi salah satu merek smartphone baru yang paling menarik dan menjanjikan.
POCO memulai debutnya pada tahun 2018 dengan peluncuran POCO F1 yang sukses meningkatkan popularitas merek ini di kalangan penggemar teknologi dan media massa.
Oleh karena itu, Alvin menyebut keputusan untuk menjadi merek independen merupakan titik penting bagi POCO.
“POCO menjadi merek independen berkat dukungan luar biasa dari para penggemar POCO yang telah membantu meraih berbagai prestasi sejak lahir pada tahun 2018,” ujar Alvin.
Alvin menjelaskan bahwa POCO adalah merek teknologi yang ditujukan untuk konsumen dengan filosofi “Everything you need, nothing you don’t”, dan mengutamakan kebutuhan para penggemar POCO.
“POCO menawarkan segala yang Anda butuhkan, tidak ada yang tidak,” tambahnya.
Namun, apa yang membedakan POCO dari Xiaomi? Perbedaan pertama terletak pada aspek mereknya.
Menurut Alvin, Xiaomi akan menjadi merek yang berfokus pada kecerdasan buatan dalam kehidupan sehari-hari melalui produk seri Mi, seri Redmi, dan semua produk ekosistemnya.
Sementara itu, POCO akan fokus pada performa dan menghadirkan smartphone terbaik dengan harga terbaik.
Perbedaan kedua terletak pada pengguna yang ditargetkan.
Xiaomi mengincar pengguna secara umum, sedangkan POCO secara khusus mengincar para pecinta teknologi yang sering disebut sebagai tech savvy atau tech geek.
Mereka adalah pengguna yang aktif menggunakan smartphone sepanjang hari dan membutuhkan performa yang tinggi.
Selain itu, dengan kehadiran POCO M3 di kelas entry level, POCO juga akan mengincar pengguna yang lebih muda.
Alvin juga menyebut bahwa POCO akan mendorong sub-kultur seperti rap, break dance, dan grafiti untuk mempromosikan budaya muda di Indonesia.
Oleh karena itu, tim independen khusus untuk POCO Indonesia telah dibentuk.
Saat ini, POCO memiliki tim produk, penjualan, dan pemasaran yang independen dan berbeda dari Xiaomi, meskipun masih berbagi sumber daya dengan Xiaomi dalam hal perakitan dan layanan purna jual.
Tinggalkan Balasan