Meskipun demikian, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Israel, Lior Haiat, menolak berkomentar lebih jauh terkait hal ini.

Dia hanya mengungkapkan kekecewaannya atas Indonesia yang mencampuri urusan politik dalam olahraga.

Dalam pernyataannya, Haiat mengatakan bahwa olahraga tidak boleh dipolitisasi dan menolak untuk berkomentar mengenai keputusan FIFA.

Namun, FIFA memutuskan untuk membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah setelah tim nasional Israel dihadapkan dengan penolakan dari sejumlah pihak.

Penolakan timnas Israel datang dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur Bali I Wayan Koster, sejumlah partai seperti PDIP, PAN, PPP, PKS, dan organisasi masyarakat.

Penolakan mereka terhadap keikutsertaan Israel karena sikap Israel di Palestina, sementara sebagian lainnya menolak dengan alasan konstitusi.

Mereka beranggapan bahwa jika Indonesia mengizinkan Israel untuk berpartisipasi, maka Indonesia tidak mendukung Palestina.

Timnas Israel U-20 lolos kualifikasi pada Juni 2022 lalu, yang membuat mereka melaju ke babak selanjutnya ajang olahraga bergengsi ini.

Sebelum keputusan FIFA diambil, Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Zuhair Al Shun, menekankan pentingnya untuk tidak mencampur adukkan olahraga dengan politik.

“Setiap federasi olahraga memiliki aturan sendiri, termasuk FIFA, dan keikutsertaan suatu negara dalam ajang olahraga tidak ada kaitannya dengan suka atau tidak suka terhadap negara peserta tersebut,” katanya.

Sebelumnya, Presiden Indonesia Joko Widodo, menegaskan bahwa posisi Indonesia tidak akan berubah dalam membela kemerdekaan Palestina.

Semoga di masa depan, olahraga dapat dijadikan sebagai sarana untuk mempererat hubungan antara negara-negara yang berbeda pandangan politiknya.