KABARKIBAR.ID- Penemu Niku Banyu (Nikuba) Aryanto Misel menyampaikan bahwa dirinya tidak membutuhkan keterlibatan pemerintah maupun Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terkait temuannya.

Pernyataan ini dia sampaikan dalam sebuah wawancara dengan sebuah stasiun TV berita nasional, dan rekaman wawancara tersebut kemudian beredar di media sosial.

Aryanto telah mengembangkan sebuah alat yang memiliki kemampuan untuk mengubah air menjadi bahan bakar yang dapat digunakan pada kendaraan.

Alat ini diberi nama Nikuba dan mulai dikenal sejak tahun 2022.

Nikuba bahkan telah digunakan oleh Kodam III/Siliwangi sebagai bahan bakar untuk sepeda motor Bintara Pembina Desa (Babinsa).

Atas temuannya yang menarik perhatian, Aryanto diundang untuk mempresentasikan Nikuba oleh industri otomotif di kota Milan, Italia pada tanggal 16 Juni 2023.

Dalam video yang tersebar di media sosial, Aryanto menjelaskan alasan mengapa dirinya tidak membutuhkan keterlibatan pemerintah dan BRIN terkait Nikuba yang telah menarik perhatian negara lain.

Dalam rekaman wawancara yang diunggah ulang oleh akun Twitter, Aryanto awalnya menyatakan bahwa ia tidak keberatan jika teknologi untuk mengembangkan Nikuba jatuh ke tangan negara lain.

Hal ini disebabkan karena ia membutuhkan pendanaan untuk melanjutkan risetnya dan tidak ingin bergantung pada pihak mana pun.

Ketika ditanya mengenai langkah yang dapat diambil oleh pemerintah dan BRIN terkait Nikuba, Aryanto menyatakan bahwa ia tidak membutuhkan kedua pihak tersebut.

Ia mengungkapkan bahwa dirinya telah “dibantai” oleh pemerintah dan BRIN, dan ia berencana untuk menjual Nikuba dengan harga Rp 15 miliar kepada industri otomotif di Milan.

“Wah, saya tidak membutuhkan mereka, Pak. Saya tidak membutuhkan mereka setelah saya “dibantai” habis. Saya tidak mau,” ujar Aryanto dalam video tersebut. “Saya akan menawarkan Nikuba ini dengan harga Rp 15 miliar,” tambahnya.

Pernyataan Aryanto tersebut menunjukkan sikap teguhnya untuk mengembangkan temuannya secara mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain.

Ia mengungkapkan bahwa dirinya telah mengalami pengalaman yang kurang menyenangkan dalam menjalin kerja sama dengan pemerintah dan BRIN, sehingga ia memilih untuk melanjutkan perjalanan pengembangan Nikuba secara independen.

Sementara itu, keputusan Aryanto untuk menjual Nikuba dengan harga Rp 15 miliar kepada industri otomotif di Milan menunjukkan keyakinan akan nilai dan potensi temuannya.

Hal ini juga dapat memberikan kesempatan bagi Aryanto untuk mengembangkan Nikuba lebih lanjut dengan dukungan dari industri otomotif yang berpengalaman dan memiliki sumber daya yang memadai.

Meskipun Aryanto menyatakan bahwa dirinya tidak membutuhkan keterlibatan pemerintah dan BRIN, hal ini tidak menutup kemungkinan bagi pihak-pihak tersebut untuk tetap melihat dan mempelajari temuan Aryanto secara lebih mendalam.