Pernyataan paling progresif disampaikan Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera, yang menyebut 80 persen yang maju sebagai cawapres Anies Baswedan di antara ketiganya adalah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Ahmad Heryawan (Aher), dan Khofifah Indar Parawansa.

Teka-teki di antara ketiga nama itu adalah calon wakil presiden Anies mungkin berinisial A.

Huruf pertama A, Agus Harimurti Yudhoyono, Ketua Umum Partai Demokrat saat ini, tampaknya memegang kunci tiket terkait dengan pencapresan Anies Baswedan.

Saat ini, AHY juga sedang merencanakan pertemuan dengan Puan Maharani.

Sebelumnya, Ketua Mejelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga melakukan pertemuan dengan Ketum Gerindra yang juga calon presiden Prabowo Subianto.

Sedangkan untuk inisial A yang kedua adalah Ahmad Heryawan yang juga terus ditekan PKS untuk menjadi pendamping Anies.

Lantas apakah pasangan tepat Anies Baswedan ini benar-benar nama tokoh dengan berinisial A atau ada nama lain?

Yang terpenting, apakah cawapres Anies dapat meningkatkan kelayakannya berdasarkan rencana tersebut?

Respon Partai Demokrat Terkait Cawapres Anies Baswedan

Kamhar Lakumani, selaku Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat mengatakan, pernyataan Sudirman Said sejalan dengan aspirasi Parati Demokrat yang menginginkan cawapres Juni mendatang.

“Penting untuk memiliki momentum yang tepat dan waktu yang cukup untuk mengejar dan membalikkan keadaan. Begitu diumumkan, mesin politik partai, Caleg, relawan, dan simpatisan akan bekerja maksimal untuk menang,” kata Kamhar kepada wartawan, Sabtu, 10 Juni 2023.

Menurut dia, pernyataan Sudirman Said tersebut memperjelas tudingan pihak bahwa Demokrat memaksakan kehendak agar ketumnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menjadi calon wakil presiden.

“Walaupun dalam beberapa hal telah dikemukakan bahwa nama-nama yang masuk dalam bursa Bacawapres dibahas berdasarkan lima kriteria yang disepakati dalam Piagam Kerjasama Tiga Partai, dicari lah yang terbaik untuk meraih kemenangan bersama. Bisa siapa saja, Partai Demokrat itu rasional dan objektif,” ujarnya.

“Namun jangan sampai salah satu pihak mengambil sikap ‘asal bukan AHY’, karena ini sikap yang tidak tepat dalam suatu kerja sama yang dibangun di atas azas kesetaraan,” ujarnya.  ***