Sebagai informasi tambahan, Niger telah mengalami empat kudeta sejak kemerdekaannya dari Prancis pada tahun 1960, dan juga beberapa upaya kudeta lainnya dalam sejarahnya.

Krisis Kudeta di Niger, Militer Klaim Kuasai Pemerintahan, Warga Protes

Negeri Niger diguncang oleh krisis politik yang serius setelah militer mengklaim telah merebut pemerintahan negara tersebut.

Insiden kudeta terjadi pada Rabu, 26 Juli 2023, ketika pasukan Pengawal Presiden (Paspampres) menahan Presiden Mohamed Bazoum dalam upaya mencabut kekuasaannya.

Peristiwa kudeta ini berawal pada siang hari, ketika pasukan elit Paspampres memblokir akses ke kediaman dan kantor Presiden Bazoum di kompleks kepresidenan di Ibu Kota Niamey.

Meskipun tidak ada pengerahan militer dan suara tembakan, akses ke kediaman dan kantor presiden tetap ditutup.

Meski demikian, lalu lintas di Niamey terlihat normal yang berada di lokasi kejadian.

Seorang sumber yang dekat dengan presiden mengungkapkan bahwa anggota Paspampres yang berkhianat menutup akses ke kediaman dan kantor presiden, dan setelah upaya pembicaraan gagal, mereka menolak untuk membebaskan presiden.

Pada hari Kamis, militer Niger mengklaim telah berhasil menggulingkan pemerintahan Presiden Bazoum.

Seorang tentara Niger bernama Amadou Abdramane menyampaikan pidato di mana dia menyatakan bahwa pasukan pertahanan dan keamanan telah memutuskan untuk mengakhiri rezim Presiden Bazoum.

Dalam pengumuman tersebut, Paspampres juga menyatakan bahwa semua institusi di Niger akan ditangguhkan dan semua perbatasan akan ditutup.

Mereka menekankan agar mitra eksternal tidak campur tangan dalam situasi ini, dan menyatakan bahwa jam malam akan diberlakukan hingga pemberitahuan lebih lanjut.

Alasan di balik kudeta ini diklaim adalah akibat terus berlanjutnya degradasi situasi keamanan di negara tersebut, ditambah dengan masalah tata kelola ekonomi dan sosial yang buruk.

Meskipun militer mengklaim telah mengambil alih pemerintahan, kantor kepresidenan Niger menyatakan bahwa aksi kudeta Paspampres tidak mendapat dukungan dari angkatan bersenjata nasional.

Mereka menegaskan bahwa tentara dan garda nasional siap untuk menindak paspampres yang terlibat dalam tindakan kudeta jika mereka tidak kembali ke posisi semula.

Pihak kepresidenan juga memberikan jaminan bahwa Presiden Bazoum dan keluarganya berada dalam kondisi yang baik.

Sebelum militer mengklaim berhasil menggulingkan pemerintahan, ratusan warga menggelar demonstrasi di Niamey untuk menolak tindakan kudeta ini.

Massa mengecam aksi paspampres yang dianggap melanggar prinsip demokrasi dan mendukung Presiden Bazoum.

“Kami di sini untuk menunjukkan kepada orang-orang bahwa kami tidak senang dengan gerakan ini, untuk menunjukkan kepada militer bahwa mereka tidak bisa begitu saja merebut kekuasaan seperti ini,” kata seorang demonstran bernama Mohammed Sidi.

“Kami adalah negara demokratis. Kami mendukung demokrasi dan kami tidak membutuhkan gerakan semacam ini.”

Situasi semakin tegang ketika pasukan Paspampres melepaskan “tembakan peringatan” ketika massa berada sekitar 300 meter dari istana presiden.