KABARKIBAR.ID- Kualitas udara Jakarta pagi ini terburuk ketiga dibawah Johannesburg, Afrika Selatan dan Dubai, Uni emirat Arab, Senin 11 September 2023.
Berdasarkan data IQAir, Indeks kualitas udara Jakarta mencapai 154 AQI US atau masuk dalam kategori tingkat polusi udara tidak sehat dengan polutan udara PM2,5 dan nilai konsentrasi 56,2 mikrogram per meter kubik.
Kualitas udara dengan tingkat Konsentrasi PM2.5 di Jakarta saat ini 12.1 kali dari nilai panduan kualitas udara tahunan WHO.
Indeks kualitas udara tidak sehat ini dapat membahayakan manusia yang digunakan untuk menilai pencemaran udara.
Indeks kualitas udara ini biasa digunakan oleh badan pemerintah untuk memperlihatkan seberapa buruk kualitas udara di suatu daerah.
Negara-negara memiliki indeks berbeda, bergantung pada standar kualitas udara di negara masing-masing.
Seperti kota dengan kualitas udara terburuk, pagi ini sekitar pukul 08.00 WIB yaitu Dubai (UEA) yang berada di angka 169, lalu urutan kedua Johannesburg (Afrika Selatan) di angka 167, serta Jakarta, Indonesia dia angka 154.
Sementara Indeks kualitas udara Tangerang Selatan terburuk keempat di semua provinsi di Indonesia.
Indeks kualitas udara Tangerang Selatan mencapai 160 AQI US atau masuk kategori tingkat polusi udara tidak sehat dengan nilai konsentrasi
73 mikrogram per meter kubik.
Indeks kualitas udara terburuk peringkat pertama , Sampit, Kalimantan Tengah 184, Palembang, Sumatera Selatan 169 disusul Kota Depok, jawa Barat 165.
Kualitas udara saat ini diklasifikasikan sebagai “Tidak Sehat untuk Kelompok Sensitif.”
Ini berarti bahwa anggota kelompok sensitif mungkin mengalami dampak kesehatan, meskipun masyarakat umum cenderung tidak terpengaruh sebanyak itu.
Kualitas Udara Tidak Sehat untuk Kelompok Sensitif dengan Konsentrasi Tinggi PM2.5 dan PM10 Pantauan kualitas udara menunjukkan bahwa polutan utama yang memengaruhi kualitas udara di Tangerang Selatan adalah PM2.5, yaitu materi partikulat dengan diameter kurang dari 2,5 mikron, dan PM10, yaitu materi partikulat dengan diameter kurang dari 10 mikron.
Tingkat PM2.5 saat ini mencapai 33.42 µg/m3, sedangkan tingkat PM10 mencapai 174.57 µg/m3.
Kedua jenis partikulat ini diklasifikasikan sebagai “Tidak Sehat untuk Kelompok Sensitif.”
Tingkat PM10, khususnya, dapat memiliki dampak serius pada kelompok sensitif. Selain PM2.5 dan PM10, beberapa polutan lainnya juga terpantau:
Karbon Monoksida (CO) dengan tingkat 1500 µg/m3, yang mendapat kategori “Baik.”
Nitrogen Dioksida (NO2) dengan tingkat 46.91 µg/m3, juga mendapat kategori “Baik.”
Ozon (O3) dengan tingkat 41.47 µg/m3, yang juga diklasifikasikan sebagai “Baik.”
Sulfur Dioksida (SO2) dengan tingkat 71.31 µg/m3, yang mendapat kategori “Baik.”
ASN Bakal WHF Sampai Musim Hujan Akibat Kualitas Udara Jakarta Buruk
Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mempertimbangkan kebijakan bekerja dari rumah (work from home/WFH) bagi ASN DKI akan lanjut sampai musim hujan tiba yang akan datang.
Pemprov DKI memberlakukan kebijakan WFH 50 persen sebagai salah satu cara mengurangi polusi udara Jakarta yang semakin buruk dari hari ke hari.
Heru Budi Hartono mengatakan akan mengevaluasi efektivitas WFH dalam mengurangi polusi. Menurut dia, jika sampai September belum ada tanda-tanda turunnya hujan, WFH 50 persen dilanjutkan sesuai rencana.
“Nanti kami evaluasi, kalau sudah menjelang musim hujan, kami mungkin, sampai dengan September, secara bertahap nanti kita cek satu persatu,” kata Heru di Menteng, Minggu 10 September 2023.
Kebijakan WFH 50 persen bagi ASN DKI sudah diberlakukan sejak 21 Agustus dan rencananya berakhir pada 21 Oktober 2023.
Pemprov DKI sempat memberlakukan WFH 75 persen saat KTT ASEAN ke-43 berlangsung 5-7 September kemarin.
Tak hanya menerapkan WFH, Pemprov DKI mengupayakan banyak hal untuk memperbaiki kualitas udara Jakarta.
Mulai dari memasang water mist generator alat penyemprot air bertekanan tinggi di atas gedung milik pemda, menutup pabrik-pabrik yang dianggap menyebabkan polusi, hingga menggencarkan uji emisi kendaraan.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan