Angka tersebut merupakan angka tertinggi ketiga di Asia.

Dalam pembukaan Rapat Pakar yang dihadiri oleh Ketua komunitas Wanita Indonesia Keren (WIK), Maria Stefani Ekowati, dikemukakan bahwa gangguan kesehatan mental pada orang tua memiliki dampak pada tumbuh kembang anak, terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) bayi.

Maria Ekowati menyampaikan hasil penelitian HCC di Pekan ASI se-Dunia tahun 2022 yang membuktikan bahwa 6 dari 10 ibu menyusui di Indonesia tidak merasa bahagia.

Anak yang lahir dari ibu yang mengalami stres pascamelahirkan memiliki risiko stunting sebanyak 26 persen.

Data ini menunjukkan adanya keterkaitan antara kondisi mental ibu dan pertumbuhan anak.

Penelitian yang dilakukan oleh Andriati pada tahun 2020 juga menyimpulkan bahwa 32 persen ibu hamil mengalami depresi, sedangkan 27 persen mengalami depresi pascamelahirkan.

Hasil penelitian di Lampung juga menunjukkan bahwa sebanyak 25 persen ibu mengalami gangguan depresi setelah melahirkan.

Berdasarkan temuan tersebut, komunitas WIK percaya bahwa diperlukan adanya model promosi kesehatan mental di komunitas, dan model ini perlu diimplementasikan secara strategis di tingkat Posyandu dan Tim Pendamping Keluarga.

Maria Ekowati, didampingi oleh anggota Dewan Pakar WIK, Kristin Samah, dan Tim Kerja WIK, Dr. dr. Ray W. Basrowi, mengungkapkan hal ini.

Kepala BKKBN, Dr. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.O.G (K), menyatakan bahwa BKKBN memiliki tugas utama dalam upaya percepatan penurunan stunting, yaitu mengubah mindset dan perilaku masyarakat.

Oleh karena itu, Hasto Wardoyo memberikan apresiasi kepada komunitas Wanita Indonesia Keren yang telah melakukan konvergensi dalam percepatan penurunan stunting dari segi kesehatan mental.

Dalam rapat tersebut, para narasumber juga mengungkapkan pentingnya peran posyandu dan tim pendamping keluarga dalam mendukung kesehatan mental ibu dan bayi.

Melalui posyandu, ibu dapat mendapatkan informasi dan dukungan yang tepat terkait kesehatan mental mereka.

Tim pendamping keluarga juga memiliki peran penting dalam memberikan pendampingan dan pemahaman kepada keluarga tentang pentingnya perawatan kesehatan mental dalam 1.000 hari pertama kehidupan bayi.

Selain itu, penekanan juga diberikan pada perubahan pola pikir masyarakat terkait kesehatan mental.

Hal ini penting agar stigma terhadap gangguan mental dapat dikurangi dan masyarakat lebih terbuka dalam mencari bantuan dan dukungan ketika mengalami masalah kesehatan mental.

Dengan adanya rapat ini, diharapkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental ibu dan anak dalam pencegahan stunting semakin meningkat.

Kolaborasi antara komunitas, pemerintah, dan lembaga terkait menjadi kunci dalam upaya menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal.