Keluarga Nahel Menyerukan Anti Kekerasan Dalam Kerusuhan Prancis
Nenek Nahel bernama Lidya, menuduh para perusuh menggunakan kematian cucunya sebagai alasan dan mendesak mereka untuk berhenti merusak barang-barang publik.
Kerabat lain menegaskan bahwa pihak keluarga tidak ingin kematian Nahel memicu kerusuhan, namun bersikeras bahwa undang-undang seputar penggunaan kekuatan mematikan saat pemeriksaan lalu lintas harus diubah.
Lidya mengatakan para perusuh menggunakan kematiannya sebagai alasan untuk menyebabkan kekacauan.
“Kami tidak ingin mereka menghancurkan segalanya, Nahel sudah mati, itu saja,” katanya kepada BFM TV.
Dia juga mengatakan hatinya sakit tmendapati kabar penggalangan dana bagi keluarga petugas polisi yang menembak Nahel, yang pada hari Senin telah mengumpulkan lebih dari 1,1 juta euro dan terus bertambah.
Penggalangan dana, yang digagas oleh komentator media sayap kanan, telah menuai kritik dari berbagai pihak.
Namun, platform GoFundMe, menegaskan bahwa tidak ada syarat atau ketentuan yang dilanggar karena penggalangan dana ditujukan untuk pihak keluarga dan hal tersebut tidak dimaksudkan sebagai pembelaan atas dugaan kejahatan.
Adapun penggalangan dana bagi keluarga Nahel diadakan di platform yang berbeda dan telah mengumpulkan 215.000 euro pada Senin sore.
Sementara itu, otoritas regional Prancis mengumumkan langkah-langkah dukungan keuangan bagi bisnis yang dijarah dan perhotelan.
Ada kekhawatiran bahwa serentetan kekerasan memiliki efek jangka panjang pada sektor pariwisata saat Musim Panas dimulai.
Media Prancis Le Point mengutip seorang pejabat pariwisata yang memperkirakan bahwa hingga 25 persen pemesanan hotel di Paris telah dibatalkan.
Rapat Para Wali Kota
Kekerasan perkotaan dalam beberapa hari terakhir, di seluruh Prancis, tidak dapat diterima,” kata Wali Kota Valentin Ratieuville kepada mereka.
“Biarlah para pelaku kesalahan ini mendengarnya dan beri tahu mereka bahwa kebencian tidak akan pernah menang.”
Kerusuhan tersebut merupakan krisis terburuk bagi Macron sejak protes “Rompi Kuning” pada 2018-2019 yang meletus karena harga bahan bakar tetapi berubah menjadi pemberontakan yang lebih luas melawan Macron.
Pada pertengahan April, Macron memberi dirinya waktu 100 hari untuk membawa rekonsiliasi dan persatuan ke negara yang terpecah setelah pemogokan bergulir dan kadang-kadang protes dengan kekerasan atas kenaikan usia pensiun, yang telah dia janjikan dalam kampanye pemilihannya.
Macron menunda kunjungan kenegaraan ke Jerman untuk menangani krisis.
Dia dijadwalkan bertemu dengan para pemimpin parlemen pada Senin dan lebih dari 220 wali kota dari kota-kota yang terkena dampak kerusuhan pada Selasa.
Kekerasan Berkurang Kerusuhan Prancis
Meskipun kekerasan tampaknya berkurang, masih ada pertanyaan tentang asal-usul kerusuhan terjadi.
“Saya tidak bisa mendukung orang menghancurkan dan membakar barang, siapa lagi?” kata Fatiha Abdouni (52) pendiri asosiasi perempuan di kampung halaman Nahel, Nanterre.
Namun demikian, “sekarang kita harus mendengarkan anak muda, frustrasi dan kemarahan mereka,” tambahnya.
“ Kaum muda di pinggiran kota Paris yang terpinggirkan menghadapi kesulitan sehari-hari, akses yang tidak setara untuk belajar, bekerja, ke perumahan,” kata Abdouni.
Abdouni menambahkan, hanya membutuhkan percikan kematian Nahel untuk memicu kekerasan.
Otoritas regional di wilayah Paris yang lebih besar di Ile-de-France, Grand Est yang berbatasan dengan Jerman, dan Mediterania Provence-Alpes-Cote d’Azur mengumumkan bantuan darurat puluhan juta euro untuk memperbaiki gedung-gedung publik dan usaha kecil.
Protes menghadirkan krisis baru bagi Macron, yang berharap untuk melanjutkan dengan janji untuk masa jabatan keduanya setelah menghentikan demonstrasi berbulan-bulan yang meletus pada Januari karena menaikkan usia pensiun.
Bertemu dengan para menteri utama pada Minggu malam, Macron memberikan perintah untuk “memulai kerja teliti dan jangka panjang untuk memahami secara mendalam alasan yang menyebabkan peristiwa ini,” kata seorang pejabat kepresidenan, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.
Dia akan bertemu dengan ketua dua kamar parlemen pada Senin, dan walikota lebih dari 220 kota yang dilanda kerusuhan pada Selasa, kata Elysee.
Kerusuhan terbaru telah menimbulkan kekhawatiran di luar negeri, dengan Prancis menjadi tuan rumah Piala Dunia Rugbi pada musim gugur dan Olimpiade Paris pada musim panas 2024.
Macron menunda kunjungan kenegaraan ke Jerman yang dijadwalkan dimulai pada hari Minggu sebagai indikasi gawatnya situasi di dalam negeri.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan