Penasihat Kebijakan Luar Negeri Kremlin, Yury Ushakov, menyatakan kepada media Rusia pada Selasa bahwa 17 pemimpin Afrika akan berbicara dalam KTT tersebut.

Sebelumnya, Uni Eropa telah menyatakan kesiapannya untuk mengekspor hampir semua produk pertanian Ukraina melalui “jalur solidaritas” jalan raya dan kereta api melalui negara-negara tetangga Uni Eropa serta membantu menutupi biaya transportasi.

“Kami siap mengekspor hampir semua hasil pertanian. Ini mencakup sekitar empat juta ton biji-bijian dan biji minyak per bulan, dan kami mencapai volume tersebut pada November tahun lalu,” tegas Komisaris Pertanian Uni Eropa, Janusz Wojciechowski.

Saat ini Uni Eropa sedang mencari rencana untuk menutupi biaya transportasi tambahan.

Perlu diperhatikan bahwa perluasan transit biji-bijian melalui Uni Eropa masih menjadi isu sensitif bagi beberapa negara seperti Polandia, yang menghadapi tekanan dari peningkatan impor biji-bijian Ukraina.

Pada bulan Mei, Uni Eropa memberi izin kepada lima negara yang berbatasan dengan Ukraina, yaitu Bulgaria, Hungaria, Polandia, Rumania, dan Slovakia, untuk melarang penjualan domestik gandum, jagung, dan biji minyak Ukraina hingga 15 September, sambil tetap mengizinkan transit untuk ekspor selanjutnya.

Kesepakatan biji-bijian Laut Hitam akan tetap menjadi perhatian utama dunia internasional, terutama karena krisis pangan global yang semakin kompleks akibat perang di Ukraina dan keputusan Rusia untuk keluar dari kesepakatan

NATO Tingkatkan Pengawasan Laut Hitam dan Kritik Keluarnya Rusia dari Kesepakatan Ekspor Biji-Bijian Ukraina

Pada Rabu, 26 Juli 2023, NATO menyatakan bahwa pihaknya meningkatkan pengawasan wilayah Laut Hitam dan mengutuk tindakan Rusia yang keluar dari kesepakatan yang menjamin jalur aman bagi kapal-kapal yang membawa biji-bijian dari Ukraina.

Pengumuman ini datang setelah pertemuan Dewan NATO-Ukraina, sebuah badan yang dibentuk awal bulan ini untuk mengoordinasikan kerja sama antara aliansi militer Barat dan pemerintah Kyiv.

“NATO dan Ukraina dengan tegas mengutuk keputusan Rusia untuk menarik diri dari kesepakatan ekspor biji-bijian Laut Hitam dan upaya sengaja untuk menghentikan ekspor pertanian Ukraina yang menjadi penopang kehidupan ratusan juta orang di seluruh dunia,” demikian pernyataan dari NATO.

Dalam pernyataan tersebut, NATO menyatakan bahwa mereka dan sekutu-sekutunya meningkatkan pengawasan dan pengintaian di wilayah Laut Hitam, termasuk melalui pesawat patroli maritim dan drone.

Tindakan ini diambil sebagai respons terhadap keluarnya Rusia dari kesepakatan yang sebelumnya menjamin jalur ekspor biji-bijian Ukraina ke Laut Hitam dengan aman selama setahun terakhir.

Kesepakatan tersebut berakhir pada 17 Juli setelah Rusia mengundurkan diri.

Dampak dari tindakan ini, menurut PBB, dapat berdampak pada ketersediaan pangan di seluruh dunia.

Moskow menyatakan bahwa mereka akan mempertimbangkan untuk menghidupkan kembali kesepakatan tersebut jika permintaan mereka untuk meningkatkan ekspor biji-bijian dan pupuknya sendiri dipenuhi.

Namun, pernyataan NATO juga mengkritik peringatan Rusia yang menyatakan bahwa bagian dari perairan internasional di Laut Hitam saat ini tidak aman untuk navigasi.

Dalam peringatan tersebut, Rusia juga menyatakan bahwa setiap kapal yang melakukan perjalanan ke pelabuhan di wilayah Laut Hitam Ukraina akan dianggap membawa kargo militer.

“Sekutu mencatat bahwa peringatan baru Rusia di Laut Hitam, yang mencakup zona ekonomi eksklusif Bulgaria, telah menciptakan risiko baru atas salah perhitungan dan eskalasi, serta menjadi hambatan serius terhadap kebebasan navigasi,” demikian pernyataan dari NATO.