“Adanya konflik, ketidakamanan, dan pelanggaran hak terus berlanjut atau berkobar di banyak tempat, menambah kekacauan,” katanya.

Sementara invasi Ukraina menyebabkan krisis migrasi paksa terbesar dalam hal skala dan kecepatan pada tahun 2022, konflik dan ketidakamanan di belahan dunia lain juga terus berlanjut atau muncul kembali.

Perang di Sudan Juga Ikut Memanas

Pada April 2023, pertempuran pecah di Sudan antara tentara dan pasukan paramiliter RSF, dengan konsekuensi yang menghancurkan bagi warga sipil.

“Pada tahun ini, peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh situasi di Sudan, di mana konflik sejak April telah menciptakan hampir setengah juta pengungsi dan hampir tiga kali lipat jumlah pengungsi internal,” kata Saltmarsh.

Setidaknya ada 190 anak tewas dalam pertempuran di Sudan, dan jumlah orang dengan kerawanan pangan yang parah di negara itu diperkirakan akan meningkat lebih dari 2 juta selama tiga sampai enam bulan ke depan.

Situasi juga masih memprihatinkan di Myanmar, di mana pada akhir Mei 2023, jumlah orang yang terpaksa mengungsi meningkat sebanyak 331.600 orang dibandingkan akhir tahun 2022 menjadi 1,8 juta orang.

Sedangkan jumlah orang yang mengungsi di internal Republik Demokratik Kongo meningkat jadi 6,2 juta.

UNHCR juga melaporkan terkait pemindahan paksa selama beberapa dekade, tetapi memiliki data yang dapat dipercaya sejak awal tahun 2000-an.

“Overall, perlu banyak upaya oleh masyarakat internasional. Politisi juga harus fokus pada perdamaian dan terus memberikan dukungan keuangan untuk memenuhi kebutuhan para pengungsi paksa,” kata Saltmarsh.

“Di akhir 2022 lalu, UNHCR sudah terima lebih dari separuh dana yang dibutuhkan untuk tahun tersebut. 12 operasi kami secara teratur kekurangan dana, tetapi kami sekarang menanggapi lebih banyak keadaan darurat daripada sebelumnya,” Pungkasnya. ***