Dalam tanggapannya, Perdana Menteri Selandia Baru, Chris Hipkins, memutuskan untuk membatalkan perjalanan ke kota Hamilton, yang terletak sekitar 120 kilometer di selatan Auckland, dan akan kembali ke ibu kota negara, Wellington.

“Ini merupakan situasi yang menakutkan bagi warga Auckland yang sedang dalam perjalanan menuju pekerjaan mereka di pagi Kamis. Saya mohon agar semua warga tetap di rumah dan hindari bepergian ke pusat kota,” ujar Walikota Auckland, Wayne Brown, melalui akun Twitternya.

Meskipun tragedi ini mengguncang kota Auckland, pihak berwenang telah memastikan tidak ada ancaman keamanan nasional setelah kejadian penembakan mematikan tersebut.

Penembakan Massal di Auckland Mengguncang Selandia Baru dan Sorotan Dunia

Auckland
Pembukaan Piala Dunia Sepak Bola Wanita kesembilan.

Insiden penembakan massal di Selandia Baru telah mengguncang kota Auckland dan menyisakan duka mendalam bagi masyarakatnya.

Wali Kota Auckland, Wayne Brown, menyampaikan rasa kepedihan atas kejadian mengerikan tersebut dan menjelaskan bahwa insiden ini terjadi di tengah sorotan dunia karena sedang digelarnya ajang sepak bola.

Pada hari Kamis, Selandia Baru dijadwalkan akan menghadapi Norwegia dalam pertandingan pembukaan Piala Dunia Sepak Bola Wanita kesembilan di Taman Eden di Auckland.

Namun, insiden tragis ini telah mengubah suasana, dan Wali Kota Brown mengungkapkan bahwa ini adalah peristiwa langka yang jarang terjadi di kota mereka.

Ia menyampaikan kekagetannya atas terjadinya penembakan ini di kota Auckland.

Organisasi sepak bola AS, US Soccer, juga merespons insiden tersebut dengan menyampaikan belasungkawa mendalam kepada keluarga korban yang tewas dalam penembakan di pusat kota Auckland.

Kejadian penembakan massal seperti ini memang jarang terjadi di Selandia Baru, negara yang telah mengambil langkah untuk melarang senjata semi-otomatis gaya militer pada tahun 2019, sebagai respons atas pembantaian di Christchurch yang menewaskan 50 orang.

Perdana Menteri Selandia Baru pada saat itu, Jacinda Ardern, dengan tegas menegaskan bahwa pihaknya mendukung keputusan parlemen untuk melarang senjata semi-otomatis.

Dalam pidato yang berkesan di hadapan anggota parlemen, Ardern menyampaikan simbolik suara mereka kepada korban pembantaian di dua masjid Christchurch.

Ia menyebut kejadian tersebut sebagai “hari tergelap dalam sejarah Selandia Baru” dan menegaskan komitmen pemerintah untuk mencegah insiden serupa terjadi di masa depan.

Pembantaian di Christchurch menjadi pukulan berat bagi masyarakat Selandia Baru, dan pemerintah meresponnya dengan tegas untuk mengamankan negara dari ancaman senjata mematikan.

Melalui langkah-langkah pengaturan senjata yang lebih ketat, Selandia Baru berusaha untuk menciptakan lingkungan yang aman dan damai bagi warganya.

Namun, penembakan massal di Auckland kali ini menunjukkan bahwa bahaya kekerasan masih mungkin terjadi, meskipun insiden semacam ini jarang terjadi di negara ini.