Pihak tersebut termasuk Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Kemenko Marves), Badan Riset Nasional (BRIN), dan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG).

Langkah ini diambil dalam rangka mengatasi masalah serius yang tengah dihadapi ibu kota, yaitu polusi udara.

Asep Kuswanto menyebutkan, “Kami melakukan penyemprotan dari atas gedung Pertamina dan di bawahnya langsung diukur dengan alat PM 2,5. Hasilnya menunjukkan penurunan kadar PM 2,5 di area sekitar gedung tersebut.”

Menurutnya, upaya penyemprotan menggunakan metode water mist menunjukkan hasil positif dalam mereduksi partikel PM 2,5 yang menjadi salah satu komponen kritis dalam polusi udara.

Metode ini dilaporkan lebih efektif ketimbang penyiraman biasa.

Setelah penyemprotan water mist dilakukan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kemudian melakukan pengukuran terhadap partikel PM 2,5.

Hasil pengukuran ini menunjukkan penurunan yang signifikan dalam tingkat PM 2,5, memberi indikasi positif atas efektivitas langkah tersebut.

Kualitas udara di DKI Jakarta kembali menjadi perhatian utama, terutama setelah situs IQ Air melaporkan kondisi yang kurang baik untuk sebagian penduduk.

Dikutip dari laman iqair.com, indeks kualitas udara (Air Quality Index/AQI) di Jakarta pada pukul 13.33 WIB mencapai angka 141 US AQI dengan kadar PM 2.5 sebesar 52 µg/m³ dan PM 10 sebesar 10 µg/m³.

Partikel PM 2.5 yang memiliki ukuran di bawah 2.5 mikron (mikrometer) menjadi perhatian serius, mengingat dampaknya terhadap kesehatan masyarakat.

Inisiatif kolaboratif antara Pemprov DKI Jakarta dan berbagai lembaga riset diharapkan akan memberikan solusi yang lebih efektif dalam mengatasi tantangan polusi udara yang semakin kompleks.