Namun Kementerian Kesehatan menegaskan bahwa demam babi Afrika (ASF) tidak menular ke manusia.

“Sampai saat ini ASF tidak menimbulkan bahaya bagi manusia karena tidak menular ke manusia. Namun tentunya kita tetap waspada saat menangani ternak misalnya yang sakit” kata Nadia.

Nadia meminta para peternak untuk selalu menjaga kebersihan kandang dan memakai sepatu bot dan sarung tangan.

Kementerian Kesehatan, lanjut Nadia, juga telah berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian untuk antisipasi temuan penyakit tersebut.

Nadia melanjutkan, virus ASF juga bisa bertahan di lingkungan dan daging olahan seperti sosis dan bacon.

Virus ini juga dapat bertahan dan menempel pada pakaian orang yang bersentuhan dengan babi yang terinfeksi demam babi Afrika.

“Oleh karena itu, jika ada hewan ternak sakit ASF terutama babi segera pisahkan, jika mati jangan dijual ke pasar. Masyarakat untuk tidak pergi ke peternakan dan tidak membeli daging yang sakit. “ucap nadia.

Penghentian Impor Babi

Sebelumnya, Singapura menghentikan impor babi dari Pulau Bulan, Batam, mulai 23 April 2023.

Larangan impor tersebut dilakukan ditemukan oleh Singapora Food Agency (SFA) terkait  ASF pada sejumlah babi dari Batam.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Batam Rafki Rasyid mengatakan larangan impor bisa merugikan peternak hingga Rp 28 miliar.

Ia menambahkan, Batam mengekspor sekitar 1.000 ekor babi tiap harinya dengan nilai ekspor sekitar Rp 2 miliar.

Namun, pihaknya memahami langkah pencegahan yang dilakukan Singapura untuk mencegah penyebaran virus tersebut.

Babi yang diekspor dari Pulau Bulan dikelola oleh PT Indotirta Suaka.

Di sisi lain, Rafki juga menyampaikan bahwa Kementan telah melakukan serangkaian pembicaraan dengan Singapura untuk segera membuka kembali keran ekspor.

Ia pun mengapresiasi hal tersebut, agar peternak tidak terus merugi.

***