KABARKIBAR.ID — Gunung Anak Krakatau, salah satu gunung berapi aktif yang terletak di Selat Sunda, mengalami erupsi pada siang ini.

Erupsi tersebut menyebabkan gunung tersebut mengeluarkan abu vulkanik dengan tinggi kolom mencapai 500 meter.

Informasi mengenai erupsi ini diumumkan melalui akun Twitter resmi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pada Selasa (6/6/2023).

Dalam tweet tersebut, PVMBG menjelaskan, “Tinggi kolom abu teramati ± 500 m di atas puncak.” Hal ini menggambarkan sejauh mana abu vulkanik terlempar ke udara akibat erupsi yang terjadi.

Selain itu, PVMBG juga memberikan detail mengenai rekaman seismograf yang merekam erupsi tersebut.

“Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 46 mm dan durasi 80 detik.” Data ini memberikan gambaran tentang intensitas dan durasi getaran yang terjadi selama erupsi Gunung Anak Krakatau.

Dalam menghadapi erupsi ini, masyarakat diimbau untuk tetap berhati-hati dan waspada.

PVMBG mengeluarkan imbauan kepada warga agar tidak beraktivitas di sekitar Gunung Anak Krakatau.

“Masyarakat/pengunjung/wisatawan/pendaki tidak mendekati G. Anak Krakatau atau beraktivitas dalam radius 5 km dari kawah aktif.” Langkah ini diambil untuk melindungi keselamatan masyarakat dari potensi bahaya yang bisa ditimbulkan akibat erupsi.

Gunung Anak Krakatau telah menjadi sorotan sejak letusan dahsyat pada tahun 2018 yang menyebabkan terjadinya tsunami di Selat Sunda.

Erupsi gunung berapi ini memicu perhatian dan kekhawatiran terhadap aktivitas vulkaniknya.

PVMBG sebagai lembaga yang berwenang dalam pemantauan gunung berapi terus memantau dan memberikan informasi terkini mengenai kondisi Gunung Anak Krakatau.

Erupsi gunung berapi merupakan fenomena alam yang dapat berdampak signifikan terhadap lingkungan sekitarnya.

Abu vulkanik yang dilemparkan ke udara dapat membahayakan kesehatan manusia dan mengganggu lalu lintas udara.

Oleh karena itu, penting bagi masyarakat dan pihak terkait untuk memperhatikan informasi dan imbauan resmi dari lembaga terkait dalam menghadapi erupsi gunung berapi.