Fenomena Supermoon selalu menjadi momen yang dinantikan oleh masyarakat.

Kecantikan dan keagungannya saat terbit di langit malam mengundang rasa kagum dan keajaiban alam semesta.

Saksikanlah fenomena Sturgeon Moon pada tanggal 1 Agustus 2023 dan jadikan momen ini sebagai kenangan indah yang membekas di hati.

Dampak dari Fenomena Supermoon

Fenomena Supermoon selalu menyita perhatian masyarakat, terutama para pecinta astronomi.

Ini adalah fenomena Bulan Purnama yang terjadi ketika jarak antara Bulan dan Bumi menjadi lebih dekat dari biasanya.

Ketika terjadi Supermoon, Bulan akan tampak lebih besar dan lebih terang, menciptakan pemandangan yang memukau di langit malam.

Menurut situs Space, kecerahan Bulan saat Supermoon meningkat hingga sekitar 30%, sementara cakram Bulan terlihat lebih besar hingga 14% dari pandangan di Bumi.

Meskipun demikian, perbedaan ini mungkin tidak terlalu mencolok bagi mata telanjang, kecuali seseorang benar-benar memperhatikan keberadaan Bulan setiap malam.

Fenomena Supermoon dipicu oleh bentuk orbit Bulan saat mengelilingi Bumi.

Orbit Bulan berbentuk elips, mirip dengan lingkaran memanjang atau oval.

Ini menyebabkan ada saat-saat di orbitnya ketika Bulan berada lebih dekat ke Bumi dan saat lainnya berada lebih jauh.

Fenomena Supermoon terjadi ketika Bulan berada dalam fase Bulan Purnama dari siklus lunar 29,5 hari dan berada di Perigee, yaitu titik terdekat dengan Bumi di orbitnya.

Perlu diketahui, ada beberapa klaim tentang dampak fenomena Supermoon yang signifikan, seperti gempa, letusan gunung berapi, cuaca ekstrem, bahkan tsunami.

Namun, hingga saat ini, klaim-klaim tersebut belum didukung oleh bukti ilmiah yang kuat. Secara ilmiah, bulan memang mempengaruhi pasang surut di Bumi.

Saat Bulan berada pada fase Bulan Purnama dan Bulan Baru, fenomena pasang surut menjadi lebih tinggi dibandingkan hari-hari biasa.

Pasang surut air laut ini tetap perlu diwaspadai, terutama bagi masyarakat di kawasan pesisir laut.

Ketika konfigurasi Matahari-Bumi-Bulan (atau Matahari-Bulan-Bumi) berada dalam garis lurus, gaya pasang surut yang ditimbulkan oleh Bulan dan Matahari berada dalam arah yang sama, menyebabkan pasang laut yang lebih tinggi.

Secara teknis, astronom lebih menyukai istilah “syzygy purnama perigee” atau “Bulan purnama perigee” untuk menyebut fenomena Supermoon.

Mereka menolak istilah “Supermoon” karena Bulan purnama di perigee hanya tampak sekitar 14% lebih besar dan 30% lebih terang dari Bulan purnama di apogee (Bulan berada di titik terjauh dari Bumi).

Jadi, perbedaannya memang tidak terlalu drastis.