Elon Musk berharap dengan adanya CEO baru yang berkualitas dapat membantu mengembangkan Twitter ke arah yang lebih positif dan memperbaiki citra perusahaannya.
Namun, tentunya masih harus dinantikan bagaimana langkah-langkah yang akan diambil oleh CEO baru tersebut untuk memajukan Twitter ke depannya.
Tidak hanya untuk memperbaiki citra perusahaan, CEO baru tersebut juga harus mampu menjawab tantangan bisnis di era digital yang semakin kompleks.
Saham Tesla Langsung Meningkat
Laporan terbaru dari Markets Business Insider pada Jumat (12/5/2023) mengindikasikan bahwa harga saham Tesla meningkat sebesar 2,1 persen menjelang akhir sesi perdagangan Kamis (11/5/2023) di Amerika Serikat.
Saham Tesla ditutup di level 172,08 dollar AS atau setara dengan Rp 2,53 juta per lembar pada saat itu.
Namun, setelah Elon Musk mengumumkan rekrutan CEO baru Twitter lewat akun Twitter pribadinya, harga saham Tesla dilaporkan terus naik hingga mencapai level 173,73 dollar AS atau setara dengan sekitar Rp 2,56 juta per lembar.
Kenaikan harga saham Tesla tersebut kemungkinan disebabkan oleh sentimen positif investor atas pengumuman tersebut.
Tak dapat dipungkiri bahwa Elon Musk merupakan sosok yang sangat berpengaruh dalam dunia bisnis, khususnya dalam industri teknologi.
Sebagai pendiri Tesla, perusahaan mobil listrik terkemuka, Elon Musk juga merupakan CEO yang kontroversial, penuh ide, dan inovatif.
Kepiawaiannya dalam memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan bisnisnya membuat ia seringkali menjadi perhatian publik.
Tak heran jika kabar terbaru dari Elon Musk mengenai rekrutan CEO baru Twitter menarik perhatian investor dan mendapatkan respons positif.
Elon Musk menyatakan bahwa CEO baru Twitter yang ia rekrut adalah seorang perempuan dan akan memulai tugasnya dalam waktu enam minggu ke depan.
Meski belum diungkap identitasnya, keputusan Elon Musk untuk merekrut CEO baru Twitter menuai spekulasi di kalangan publik dan analis bisnis.
Ada yang berpendapat bahwa Elon Musk ingin fokus pada bisnis utamanya, yaitu Tesla dan SpaceX.
Ada juga yang menilai bahwa keputusan tersebut mungkin terkait dengan banyaknya kritik dan tekanan dari pihak regulator dan publik atas kepemimpinan Elon Musk di Twitter.
Tinggalkan Balasan