JAKARTA, KABARIBAR.ID– Seorang balita dikabarkan meninggal dunia akibat terserang cacing pita (taenia) akut. Balita itu selama ini hidup bersama orangtuanya di Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Sukabumi, Jawa Barat.
Kabar balita wanita terserang cacing pita itu viral di media sosial dan menjadi perhatian publik, termasuk Gubernur Jawa Barat Dedy Mulyadi.
Belakangan diketahui balita tersebut tinggal di keluarga kurang mampu. Ibu kandunya menderita gangguan jiwa, sementara ayahnya terkena penyakit Tuberculosis (TBC).
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan sekitar 50 juta orang di dunia terinfeksi cacing pita, dengan ribuan kasus berujung pada kejang dan kematian akibat larva yang menyerang otak.
Sementara di Indonesia, Kementerian Kesehatan RI mencatat kasus taeniasis dan sistiserkosis masih ditemukan di Papua, Nusa Tenggara Timur, Sumatera Utara, hingga Bali, wilayah dengan tradisi konsumsi daging mentah atau setengah matang.
Apa Itu Cacing Pita?
Cacing pita adalah parasit pipih berbentuk pita panjang yang hidup di usus manusia maupun hewan. Panjangnya bisa mencapai 2–25 meter, dengan kepala (skoleks) yang memiliki kait atau pengisap untuk menempel pada dinding usus.
Ada tiga jenis utama cacing pita yang sering menginfeksi manusia:
- Taenia saginata: berasal dari daging sapi.
- Taenia solium: berasal dari daging babi, dapat menyebabkan komplikasi berat berupa sistiserkosis.
- Taenia asiatica: banyak ditemukan di Asia, termasuk Indonesia.
Infeksi cacing dewasa di usus disebut taeniasis, sedangkan infeksi larva yang berpindah ke organ tubuh dikenal dengan istilah sistiserkosis.
Bagaimana Cacing Pita Menular?
Penularan cacing pita umumnya terjadi karena pola makan yang tidak higienis. Beberapa penyebabnya antara lain:
- Konsumsi daging sapi/babi mentah atau setengah matang yang mengandung larva cacing.
- Kontaminasi telur cacing pada makanan, air, atau tangan yang kotor.
- Lingkungan dengan sanitasi buruk sehingga siklus hidup parasit tetap berputar.
Menurut laporan Ditjen P2P Kemenkes RI, kasus taeniasis dan sistiserkosis banyak ditemukan di daerah pedalaman Papua.
Studi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) juga menegaskan bahwa larva cacing pita masih terdeteksi pada daging babi yang tidak dimasak sempurna.
Gejala Infeksi Cacing Pita pada Manusia
Infeksi cacing pita bisa muncul tanpa tanda jelas, sehingga kerap tak disadari. Namun, pasien biasanya mengeluh sakit perut berulang yang tidak jelas sebabnya.
Kemudian, mual, muntah, atau diare berkepanjangan. Secara fisik, penderita cacing pita akan mengalami berat badan turun drastis meski nafsu makan justru meningkat. Biasanya, segmen cacing keluar bersama feses atau terlihat merayap di sekitar anus.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan