Burung Cendrawasih Ada 21 Jenis
- Cicinnurus respublica (Cendrawasih Botak), endemik pulau Waigeo, Raja Ampat.
- Cicinnurus regius (Cendrawasih Raja), Papua dan pulau sekitarnya.
- Cicinnurus magnificus (Cendrawasih Belah Rotan), Papua (Indonesia dan Papua Nugini).
- .Drepanornis bruijnii (Cendrawasih Pale Billed Sicklebill), Papua (Indonesia dan Papua Nugini).
- Astrapia nigra (Cendrawasih Astrapia Arfak), endemik Papua, Indonesia.
- Lophorina magnifica (Cendrawasih Toowa Cemerlang) Indonesia, Papua Nugini, dan Australia.
- Lophorina superba (Cendrawasih Kerah), Papua, Indonesia.
- Lycocorax pyrrhopterus (Cendrawasih Gagak), endemik Maluku.
- Epimachus fastuosus (Cendrawasih Paruh Sabit Kurikuri), Papua.
- Epimachus albertisi (Cendrawasih Paruh Sabit Hitam), Papua.
- Manucodia ater (Manukodia Mengkilap), Indonesia dan Papua Nugini.
- Manucodia comrii (Cendrawasih Manukod Jambul Bergulung)
- Semioptera wallacii (Bidadari Halmahera), endemik Maluku.
- Seleucidis melanoleuca (Cendrawasih Mati Kawat), Papua.
- Paradigalla carunculata (Cendrawasih Paradigala Ekor Panjang), Papua.
- Paradisaea minor (Cendrawasih Kuning Kecil), Papua (Indonesia dan Papua Nugini).
- Paradisaea apoda (Cendrawasih Kuning Besar), Papua (Indonesia dan Papua Nugini).
- Paradisaea raggiana (Cendrawasih Raggiana), Papua (Indonesia dan Papua Nugini).
- Paradisaea rubra (Cendrawasih Merah), endemik pulau Waigeo, Indonesia.
- Parotia sefilata (Cendrawasih Parotia Arfak), endemik Papua, Indonesia.
- Pteridophora alberti (Cendrawasih Panji), Papua.
Ciri dan Morfologi
Ciri utama Burung Cendrawasih adalah bulu-bulunya yang indah, khususnya Cendrawasih jantan.
Biasanya bulu burung ini berwarna cerah, yaitu campuran atau kombinasi hitam biru, kuning, merah, cokelat, ungu, hijau dan putih.
Secara fisik ukuran Burung Cendrawasih sangat beragam, mulai dari ukuran 15 cm hingga 110 cm dan beratnya antara 50 gram sampai 430 gram sesuai jenis spesiesnya.
Bentuk kaki Burung Cenderawasih adalah tipe petengger dengan ciri jari kaki panjang dan telapak kaki datar.
Bentuk tersebut memidahkan burung ini untuk bertengger di ranting-ranting pohon.
Untuk tipe paruhnya adalah tipe pemakan biji dengan ciri paruh tebal dan runcing yang berfungsi untuk memecah biji.
Habitat Burung Cendrawasih
Cendrawasih umumnya menghuni kawasan hutan dataran rendah hingga pegunungan di daerah Indonesia Timur.
Habitatnya berada di hutan hujan triopis dengan vegetasi lebat di wilayah kelupauan Selat Tores, Pulau Papua (Indonesia dan Papua Nugini) serta Australia Timur.
Burung ini menyukai kawasan dengan tegakan tinggi dan percabangan yang agak rapat serta terdapat beberapa jenis tumbuhan merambat disekitarnya.
Beberapa jenis pohon yang dijadikan tempat tinggal Cenderawasih adalah pohon beringin (Ficus benjamina), Myristica sp., Pandaus sp., Instia sp., Palaquium sp., dan Hapololobus sp.
Pohon tersebut dijadikan tempat bernaung, bertengger, berlindung dan bersarang atau meletakkan telur-telurnya.
Karakteristik Perilaku
Sifat Burung Cendrawasih cenderung soliter atau hidup dalam kelompok kecil dan akan berkumpul ketika datang musim kawin.
Ketika Cendrawasih jantan dan betina akan kawin, maka sang jantan akan melakukan tarian untuk menarik perhatian betina.
Sebelum melakukan tarian, burung jantan akan membersihkan paruh dan lingkungan sekitar sarang, kemudian menari dan mempertontonkan bulu-bulunya yang indah.
Selain perilaku berupa tarian, burung jantan juga akan mengeluarkan suara kicauan khas. Burung Cendrawasih adalah burung dimorfik seksual, yaitu akan berpoligami.
Burung yang tergolong aktif ini biasa bertengger di percabangan rendah hingga miring dengan kebiasaan meregangkan sayap.
Selain mengeluarkan suara untuk menarik perhatian burung betina, pejantan juga punya kebiasaan berkicau pada sore hari menjelang matahari terbenam.
Status Kelangkaan
Ancaman terhadap populasi Cendrawasih sebagian besar datang dari kegiatan perburuan liar untuk diperdagangkan.
Hal itu dilakukan dengan latar belakang keindahan bulu-bulunya.
Selain itu, alih fungsi lahan hutan untuk pertambangan, perkebunan, pemukiman dan pembangunan infrastruktur turut menggaggu ekosistem di hutan.
Menurut IUCN (International Union For The Conservation of Nature),sebagian besar status konservasi Cendrawasih berisiko rendah menghadapi kepunahan, namun jika perburuan dan perdagangan tidak dikendalikan serta semakin parah kerusakan habitat hutan maka akan memperbesar peluang kepunahan Cendrawasih di masa depan.
Oleh sebab itu, perlu dilakukan upaya konservasi untuk menjaga satwa ini.
Secara hukum, burung ini dilindugi oleh pemerintah melalui Undang-undang No. 5 Tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999 tentang Perlindungan dan Pelestarian Burung Cendrawasih.
Aturan pemanfaatan burung juga diberlakukan, yaitu masih diperbolehkan namun terbatas untuk kepentingan masyarakat lokal yakni hiasan pakaian adat.
Kesadaran masyarakat juga mulai tumbuh dengan mengganti hiasan bulu Cendrawasih dengan bulu-bulu imitasi untuk tetap menjaga kelestariannya.
Kerjasama pemerintah, masyarakat serta oragnisasi atau lembaga peduli satwa sangat diperlukan untuk menjaga populasi Cendrawasih, burung dari surga.
Burung cendrawasih saat ini populasinya dalam keadaan kritis dan terancam punah, sehingga perlu pelestarian untuk menjaga satwa asli Papua ini.
Upaya pelestarian dilakukan dengan berbagai cara, meliputi penangkaran, perawatan, pembudidayaan, pencegahan perburuan lias, serta mengaja jumlah populasi di alam liar.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan