Sebelumnya, Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, menyerukan upaya optimalisasi guna menghadapi dampak cuaca ekstrem akibat El Nino, termasuk mencari langkah antisipatif dan adaptaf.

Lestari, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu, mengatakan perlu juga dilakukan kebijakan-kebijakan yang diperlukan untuk menjamin ketahanan pangan, kesehatan, dan ekonomi.

“Setiap potensi yang kita miliki perlu kita maksimalkan untuk dapat merespon berbagai ancaman terkait dampak perubahan iklim dan kekeringan berkepanjangan yang diperkirakan akan melanda Indonesia,” ujarnya.

Indonesia Terancam Fenomena El Nino

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan hingga 63 persen wilayah Indonesia terkena dampak cuaca kemarau panjang ekstrem atau El Nino.

A Fachri Radjab, selaku Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG mengatakan, BMKG telah membuat zona musim.

BMKG mengklasifikasikan zona musim ini sebanyak 669 zona.

“Dari 669 wzona ini sudah ada 63 persen yang masuk musim kemarau.”

“Artinya hingga 63 persen kita terkena dampak langsung El Nino,” jelas Fachri dalam diskusi langsung bertajuk Waspadia Dampak El Nino, Senin, 31 Juli 2023.

BMKG sudah memperkirakan El Nino tahun ini akan lebih kering dibandingakan dari tahun 2019 yang lali.

Daerah rawan kekeringan yang ekstrem meliputi sebagian besar pulau Sumatera dan Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara.