– Siang hari: Cerah Berawan

– Malam hari: Berawan

– Dini hari: Cerah Berawan

Kepulauan Seribu:

Hari ini, Minggu, 16 Juli 2023:

– Pagi hari: Cerah Berawan

– Siang hari: Cerah Berawan

– Malam hari: Berawan

– Dini hari: Hujan Ringan

Perlu diingat, terdapat potensi hujan disertai kilat/petir dan angin kencang berdurasi singkat di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Barat, dan Jakarta Timur pada siang dan sore hari.

Oleh karena itu, masyarakat di wilayah tersebut diharapkan untuk tetap waspada dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan.

Dengan mengetahui prakiraan cuaca ini, masyarakat dapat mempersiapkan diri dengan baik dan mengambil tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi cuaca yang diperkirakan.

Jaga keselamatan dan kesehatan Anda selama beraktivitas di luar ruangan, serta ikuti perkembangan informasi cuaca dari sumber yang terpercaya.

BMKG Ungkap Perubahan Iklim Lebih Bahaya dari Pandemi atau Perang

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, sebut bahaya perubahan iklim.

Menurut Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, perubahan iklim menjadi ancaman paling menakutkan bagi umat manusia.

Lebih berbahaya daripada pandemi atau perang, perubahan iklim yang terjadi akibat pemanasan global menjadi pemicu berbagai bencana hidrometerologi, cuaca ekstrem, kebakaran hutan dan lahan, serta krisis pangan.

Dalam sebuah acara Blended Training of Trainers on Climate Field School for Colombo Plan Member Countries di Cianjur, Jawa Barat, pada Kamis, 13 Juli 2023, Dwikorita menyatakan bahwa perubahan iklim secara global harus dianggap serius karena dampaknya sangat signifikan dan membahayakan. Tidak ada negara yang luput dari ancaman ini di seluruh dunia.

Selain itu, perubahan iklim juga mengancam ketahanan pangan di seluruh negara.

Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) bahkan memperkirakan bahwa pada tahun 2050, dunia akan menghadapi ancaman kelaparan akibat perubahan iklim, sebagai akibat dari penurunan hasil panen dan kegagalan panen.

Dwikorita menjelaskan bahwa berbagai upaya telah dilakukan oleh negara-negara di dunia sebagai bagian dari mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, termasuk Indonesia.

BMKG sendiri secara rutin menyelenggarakan Sekolah Lapang Iklim (SLI) sejak tahun 2011, yang ditujukan untuk petani dan penyuluh pertanian di seluruh Indonesia.

Keberhasilan SLI di Indonesia bahkan telah dijadikan contoh dan telah dilakukan Training of Trainers (TOT) SLI untuk negara-negara di Asia Pasifik, Timor Leste, dan Pakistan.

“Kegiatan Climate Field School (CFS)/Sekolah Lapang Iklim (SLI) kali ini diikuti oleh 8 negara anggota Colombo Plan dan Timor Leste.

Total ada 19 peserta yang berasal dari Bangladesh, Bhutan, Myanmar, Nepal, Papua New Guinea, Sri Lanka, Filipina, dan Timor Leste.

Negara-negara ini belajar bagaimana SLI diselenggarakan sebagai bagian dari upaya mencegah krisis pangan,” ungkapnya.

“CFS juga merupakan salah satu program Kerja Sama Teknik Selatan-Selatan dan Triangular (KTSST) antara pemerintah Republik Indonesia, yakni Kementerian Sekretariat Negara dan BMKG dengan Sekretariat Colombo Plan. Kegiatan ini juga menjadi bukti kepemimpinan dan kontribusi Indonesia pada upaya adaptasi perubahan iklim, khususnya mengatasi masalah ketahanan pangan,” tambah Dwikorita.

Sementara itu, Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan Ardhasena Sopaheluwakan menyatakan bahwa petani di Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menghadapi variabilitas iklim.

Mereka berjuang untuk mengatasi kegagalan panen dan rendahnya produktivitas pertanian.

SLI yang secara rutin diselenggarakan oleh BMKG berfungsi sebagai jembatan untuk meningkatkan pengetahuan praktisi, penyuluh, dan petani tentang informasi iklim, terutama di tingkat lokal.

Melalui SLI, diharapkan pengetahuan tentang informasi iklim dan dampaknya pada petani dapat meningkat, sehingga dapat mengurangi kerugian panen yang dialami.