Aksi protes yang dilakukan oleh Healy selama penampilan mereka di Lollapalooza 2023 di Chicago, Amerika Serikat, pada Sabtu, 5 Agustus, telah menciptakan gelombang reaksi di berbagai lapisan masyarakat.

Dalam momen tersebut, Matt Healy tidak ragu-ragu menyuarakan pandangannya dengan mengkritik keras peraturan-peraturan aneh yang berkaitan dengan hukum anti-LGBT di Malaysia.

Mengomentari serangan yang ditujukan kepada bandnya oleh warga Malaysia melalui media sosial, Healy mengajak warga Amerika Serikat untuk berpikir dua kali sebelum berkunjung ke Malaysia.

Dengan alasan bahwa mereka akan berhadapan dengan peraturan yang menurutnya kontroversial dan menghambat kebebasan berekspresi.

Dalam pernyataannya, Healy dengan jelas menyatakan bahwa The 1975 merasa menyesal telah menerima undangan untuk tampil di Malaysia.

Mengingat perbedaan pandangan mereka terkait hak kebebasan berpendapat serta pandangan pemerintah Malaysia mengenai isu LGBT.

“Saya tidak melihat alasan untuk mengunjungi negara yang membatasi kebebasan berekspresi kami seperti ini,” tutur Healy dalam wawancara dengan NME.

Namun, reaksi keras ini tak berhenti pada penyesalan semata.

Healy juga memilih untuk mengkritisi keras sikap pemerintah Malaysia yang, menurutnya, tampak tidak menghargai hak berekspresi mereka yang bertentangan dengan pandangan anti-LGBT yang ada di negara tersebut.

“Saya meminta maaf jika ada yang tersinggung, tetapi saya juga merasa perlu untuk mengajukan pertanyaan mengenai apresiasi pemerintah terhadap hak kami dalam mengutarakan pandangan kami tentang hukum anti-LGBT,” tandasnya.

Di sisi lain, penyelenggara Good Vibes Festival, yang merupakan pihak yang mengundang The 1975 untuk tampil, merilis pernyataan resmi yang mengimbau untuk menghormati aturan dan norma-norma lokal di Malaysia serta berharap agar kelakuan kontroversial yang terkait dengan isu LGBT tidak diulang kembali di depan publik.

Meskipun demikian, upaya untuk menciptakan pengertian tampaknya tak mampu menghentikan langkah The 1975.

Namun, seiring berlanjutnya peristiwa ini, justru semakin terlihat adanya keterbukaan dan keberanian dalam menyuarakan pandangan terkait isu-isu sensitif dan hak asasi manusia, terutama terkait isu LGBT, yang mungkin sebelumnya belum begitu diangkat di panggung internasional.

Ini menjadi catatan penting mengenai peran seni dan hiburan sebagai sarana ekspresi yang dapat mendorong perubahan sosial dan kesadaran akan isu-isu yang seringkali terpinggirkan.

Dampak dari protes dan pernyataan The 1975 tidak hanya terbatas pada wilayah Malaysia.

Pemerintah Indonesia juga merasakan efeknya, khususnya dalam dunia hiburan.

Pada tanggal 23 Juli 2023, konser The 1975 yang dijadwalkan akan digelar di Indonesia harus dibatalkan akibat peristiwa kontroversial ini.

Keseluruhan episode ini memberikan pelajaran penting mengenai pentingnya tanggung jawab dan pemahaman dalam menyampaikan pandangan di tengah masyarakat yang beragam.