KABARKIBAR.ID-  Aryanto Misel penemu teknologi Nikuba menolak dukungan dan bantuan Badan Riset den Inovasi Nasional (BRIN) dan Pemerintah.

“ Saya nggak butuh mereka pak, saya sudah dibantai habis oleh mereka,” kata Aryanto Misel.

Hal tersebut diungkapkan Aryanto Misel saat di diwawancari Metro TV, mengenai teknologi Nikuba temuannya, Minggu, 9 Juli 2023.

Aryanto Misel mengungkapkan alasan kenapa menolak bantuan BRIN dan Pemerintah, saat Nikuba viral di media sosial telah diremehkan oleh BRIN.

Mereka menganggap, kata Aryanto Misel,  teknologi konversi yang diklaim Aryanto Misel dapat mengubah air menjadi bahan bakar hidrogen itu perlu dibuktikan.

Aryanto Misel yang dapat dukungan penuh TNI AD Pangdam III Siliwangi Cirebon itu mengaku tak mau didanai oleh pihak manapun.

Karena itu, ia hanya ingin Nikuba miliknya bisa terjual dan diakui oleh perusahaan Italia.

Aryanto Misel mengaku kalau dapat duit dari sana (Italia) ingin meriset kembali Nikuba teknologi baru.

“ Saya tawarkan 15 Milyar kupada mereka,” katanya.

Ia mengaku tidak sayang menjual teknologi Nikuba kapada mereka.

“Saya nggak sayang teknologi Nikuba di jual ke mereka, yang penting kalau saya dapat duit bisa melanjutkan riset kembali, saya tidak mau didanai dari pihak manapun,” ungkapnya.

Sejak awal, teknologi Nikuba selalu dijelek-jelekan BRIN dan para pakar konvensi energi.

Seperti dikatakan, salah satu profesor riset dari BRIN Eniya Listiani Dewi yang menyebutkan,  jika alat yang dibuat Aryanto tidak bisa menggantikan konsumi BBM, melainkan hanya untuk efisiensi.

“Itu adalah HHO atau brown-gas yang digunakan untuk pembakaran, bukan pengganti BBM, tapi bisa untuk efisiensi BBM sekitar 3-20 persen,” kata Listiani.

Temuan tersebut juga disaksikan oleh Tri Yuswidjajanto Zaenuri Pakar Konversi Energi asal ITB.

Ia mengemukakan hal lebih rinci mengenai fakta alat Nikuba yang banyak diberitakan.

Menurutnya, teknologi satu ini bukan hal baru, melainkan penemuan yang sudah lama ada tepatnya sejak tahun 1960-an.

Yuswidjajanto juga menyebut jika penggunaan teknologi ini tidak akan pernah bisa menggantikan bensin.

kalaupun digunakan dalam waktu lama, dirinya mengungkap akan ada dampak kerusakan yang dialami oleh mesin.

Karena pada dasarnya, mengubah air untuk menjadi hidrogen dalam sistem pembakaran mesin kendaraan bermotor sangat tidak efisien.

Hal tersebut lantaran energi listrik yang diperlukan untuk proses elektrolisis air menjadi hidrogen, lebih besar ketimbang energi pembakaran hidrogen menjadi bahan bakar di mesin.

“Lama-lama aki bisa tekor karena secara keseimbangan energi tidak cukup. Lebih besar untuk memproduksi dari pada yang berguna. Jadi tak hanya butuh aki, tapi juga tetap butuh bensin,”.

Meski begitu, Yuswidjajanto mengaku sangat menanti kesempatan untuk melakukan penelitian secara bersama terhadap alat Nikuba bersama pembuatnya.

Terlebih, Aryanto mengaku telah menemukan sendiri katalis yang dapat melancarkan proses elektrolisis yang belum ada di pasaran.

“Dalam hal ini saya sangat ingin mengajak diskusi penemu Nikuba untuk sama-sama menghitung, sehingga bisa disampaikan kepada masyarakat,” ujar Yuswidjajanto.

Namun, Nikuba yang di riset Aryanto Misel 5 tahun lalu, BRIN berubpah 90 derajat.

Apalagi dengan teknologi Nikuba, Aryanto Misel diundang oleh pihak otomotif di Italia.

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengaku siap mendukung para inovator tak terkecuali penemu Nikuba itu untuk menggunakan fasilitas riset.

“BRIN punya semua fasilitas yang kami sediakan untuk seluruh fasilitas periset di Tanah Air, baik itu di kampus termasuk juga personal seperti yang membuat Nikuba (Aryanto Misel),” ujar Laksana di Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno, Cibinong, Kabupaten Bogor, Rabu, 5 Juli 2023.

BRIN menilai, teknologi konversi yang diklaim Aryanto Misel dapat mengubah air menjadi bahan baka hidrogen itu perlu dibuktikan.

Sehingga, BRIN terbuka untuk mengembangkan dan menyempurnakan Nikuba secara bersama-sama.

“Itu salah satu yang sedang kami ajak supaya bisa dibuktikan secara saintifik, itu dulu nomor satu,” jelasnya.

Hanya saja, baru-baru ini Aryanto Misel dengan tegas tidak membutuhkan dukungan BRIN.