Hal itu merupakan bagian dari sikap kerasnya terhadap mereka yang menentang, mengejek, atau melanggar hukum Malaysia.

Band tersebut kemudian membatalkan pertunjukan mendatang mereka di Indonesia dan Taiwan, dan otoritas Malaysia melarang mereka tampil di negara tersebut.

Promotor Asal Malaysia Mengajukan Tuntutan kepada The 1975

The Guardian melaporkan bahwa promotor festival, Future Sound Asia (FSA) sekarang mengambil tindakan hukum terhadap band Inggris tersebut.

Pihaknya meminta mereka untuk mengakui tanggung jawab dan memberi kompensasi kepada FSA atas kerugian yang dialaminya.

Jika tidak, FSA akan mengambil tindakan di Inggris.

FSA menyatakan bahwa tindakan Healy telah menodai reputasi festival dan mereka secara sadar telah melanggar perjanjian yang ditandatanganinya dengan FSA.

Tuntutan dari FSA adalah tindakan hukum kedua yang akan dihadapi band itu setelah insiden tersebut.

Sekelompok musisi dan vendor dari festival Malaysia juga sedang mempersiapkan gugatan class action untuk menuntut ganti rugi akibat pembatalan tersebut.

Mathew Thomas Philip dari firma hukum Malaysia, Thomas Philip, yang sedang mempersiapkan gugatan class action, mengatakan pihak 1975 bertanggung jawab dan atas gugatan terakit kerugian yang diderita para artis dan vendor.

Sebelumnya, festival itu tiba-tiba dibatalkan setelah pentolan band pop rock Inggris, The 1975, secara terbuka mengkritik sikap anti-LGBT negara itu dan mencium rekan bandnya di atas panggung.

Menurut DW, Malaysia, negara mayoritas Muslim, menganggap homoseksualitas sebagai kejahatan yang dapat dihukum penjara.

Sebuah komite pemerintah yang mengawasi pertunjukan seniman asing mengatakan bahwa The 1975 yang tampil di negara tersebut sekarang dilarang.