Namun kamera ini terletak pada 100 meter sebelum simpang jalan.

“Jadi di 20 simpang, ada 5 simpang, 4 simpang, 3 simpang. Jadi di kaki simpang itu jaraknya sekitar 100 meter. Kita pasang kamera ANPR. Tujuannya untuk memantau berapa traffic volume yang datang ke kaki simpang,” kata Syafrin.

AI Jakarta Diterapkan Secara Mandiri, Tanpa Google

Lebih lanjut dia menjelaskan, AI tersebut diterapkan secara mandiri oleh Dishub DKI Jakarta dan tidak bekerja sama dengan Google Indonesia.

Alat AI berupa kamera ANPR merupakan sistem yang menghitung volume lalu lintas yang masuk pada setiap ruas simpang, setelah itu sistem  menghitung periode waktunya.

“Kemudian diberikan green time (waktu lampu hijau lebih lama) diberikan pada salah satu simpang yang lalu lintasnya padat. Hak jalan langsung diberikan,” kata Syafrin.

20 titik tempat yang menggunakan teknologi AI tersebut adalah:

  • Jalan Jembatan 2 Raya-Jalan Tubagus Angke,
  • Jalan Kyai Tapa-Jalan Daan Mogot (Grogol),
  • Jalan S Parman-Jalan Tomang Raya,
  • Jalan S. Parman-Jalan KS. Tubun-Jalan Gatot Subroto (Slipi),
  • dan Jalan Gatot Subroto-Jalan Rasuna Said (Kuningan).
  • Lalu Jalan Gatot Subroto-Jalan Supomo (Pancoran),
  • Jalan MT haryono-Jalan Sutoyo (Cawang Uki),
  • Jalan DI Panjaitan-Jalan Kalimalang,
  • Jalan Ahmad Yani-Jalan Utan Kayu (Rawamangun),
  • Jalan Ahmad Yani-Jalan Pemuda-Jalan Pramuka,
  • Jalan Ahmad Yani-Jalan H. Ten,
  • dan Jalan Perintis Kemerdekaan-Jalan Letjen Suprapto.
  • Kemudian Jalan Senen Raya-Jalan Kwitang (Senen),
  • Jalan Gunung Sahari-Jalan Wahidin,
  • Jalan Gunung Sahari-Jalan Dokter Sutomo (MBAL),
  • Jalan Gunung Sahari-Jalan Angkasa-Jalan Samanhudi ,
  • Jalan Gunung Sahari-Jalan Mangga Besar (Kartini),
  • Jalan Gunung Sahari-Jalan Pangeran Jayakarta,
  • Jalan Gunung Sahari-Jalan Mangga Dua,
  • dan Jalan Perniagaan Raya-Jalan Pasar Pagi Flyover (Jembatan Lima).

 

Teknologi AI Jakarta Efektif Kurangi Kemacetan

Kepadatan lalu lintas di 20 persimpangan di Jakarta yang menggunakan teknologi kecerdasan buatan turun dari 15 persen menjadi 20 persen.

Teknologi ini akan terus digunakan dalam upaya lain untuk mengurangi kemacetan lalu lintas dari 54 persen menjadi 48 persen.

Meski baru berjalan dua bulan, Syafrin menilai penggunaan kecerdasan buatan efektif mengurai kemacetan lalu lintas, seperti di perempatan Jalan Gunung Sahari, Jakarta.

“Persentasenya (mengurangi kemacetan) belum, tapi kalau melihat langsung antrian yang biasanya di kaki simpang, sekarang sudah teratasi, misalnya simpang di Jalan Gunung Sahari yang biasanya ramai luar biasa pada sore hari,” jelas Syafrin.