AHY : Keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) dan Lirik Partai Koalisi Lain

Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan tegas keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).

AHY lakukan sebagai bentuk kekecewaan terkait Anies Baswedan memilih Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar atau Cak Imin sebagai calon wakil presiden (cawapres).

Menurut AHY, lebih baik hengkang daripada memaksakan keputusan sepihak yang tidak melibatkan Demokrat dalam memilih Cak Imin sebagai cawapres.

“Sejak awal Partai Demokrat telah mengingatkan untuk tidak sekali-kali melakukan fake accomply atau memaksa Partai Demokrat untuk menerima sebuah keputusan. Keputusan yang sepihak tanpa melibatkan partisipasi dalam pengambilan keputusan,” kata AHY.

Putra Sulung  Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini pun menegaskan bahwa sejak awal di dalam KKP sudah dilandasi rasa saling percaya, semangat keadilan, kesetaraan yang menjadi titik temu perjuangan.

Hanya saja hal tersebut telah dicederai dengan keputusan sepihak memilih Cak Imin sebagai cawapres Anies Baswedan.

“ Bagi kami, lebih baik untuk bersepakat untuk tidak sepakat. Agree to disagree, daripada dipaksa menerima keputusan yang kami sendiri tidak terlibat dalam prosesnya,” kata Suami Annisa Pohan ini.

“Ini lah substansinya teman-teman sekalian, sehingga kami mengimbau jangan lah hal yang besar dikecilkan, sementara hal yang kecil dibesar-besarkan,” lanjut dia.

Sebelumnya, AHY menyebutkan bahwa prinsip dan harapan Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) telah dicederai.

“Sejak awal kami memiliki harapan besar terhadap hadirnya sebuah perubahan dan perbaikan. Bukan perubahan biasa, tetapi perubahan besar dan fundamental yang berlandaskan pada nilai-nilai dan etika,” kata AHY

Dalam mewujudkan harapan itu, AHY kira perlu kerja keras dan kerjasama dalam melakukan perubahan.

“Namun kenyataannya, hal itu tidak mudah untuk diwujudkan. Komitmen menjadi barang yang langka, kata maaf dijadikan obat yang murah untuk pengingkaran atas sebuah komitmen,” tegasnya. “Ini tentu berbahaya jika dibiarkan, bisa menjadi budaya, menjadi sebuah pembenaran dan lambat lain bisa membentuk karakter bangsa yang tidak bertanggung jawab. Tentu sekali lagi kami tidak akan membiarkan itu terjadi,” sambung dia.

Oleh karena itu, AHY mendeklarasikan dirinya bersama para kader tidak akan menyerah untuk terus memperjuangkan nilai dan etika dalam kehidupan politik dan demokrasi.

Terlebih menurut dia, partai politik adalah sebuah institusi bukan ranah pribadi sehingga ada tata kelola dan mekanisme.

Apalagi pengambilan keputusan yang menyangkut hajat hidup orang banyak.