JAKARTA, KABARKIBAR.ID— Kontribusi David Tama Gouw dalam pembangunan Sirkuit Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat tak banyak yang tahu.
Padahal, dari tangannya lah pengaspalan Sirkuit Mandalika menjadi perbincangan saat perhelatan balap motor internasional MotoGP 2022.
Kemegahan sirkuit Manadalika juga dukungan fasilitas di dalamnya, salah satunya adalah kualitas aspal terbaik berbasis High Techonology, menjadi sorotan dunia.
Proses pengaspalannya sangat teliti dan hati-hati juga menggunakan teknologi seperti laser scanning, automated machine controls, hinga automatic extraction machine.
Ini karena sesuai kebutuhan sirkuit balap motor kelas dunia, termasuk dari sisi keamanan.
Akan tetapi, siapa sangka jika di balik pengerjaan aspal sirkuit Mandalika itu ditangani oleh pengusaha lokal.
Adalah, yang ikut terlibat dalam pengaspalan sirkuit kelas internasional itu.
PT Roadmixindo Raya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi jalan dan produsen aspal hotmix berkantor di Jatiuwung, Kota Tangerang, Provinsi Banten.
Selain Sirkuit Mandalika, pria kelahiran Jakarta yang akrab dengan sapaan David Gouw ini juga pernah mengaspal sirkuit Sentul.
Sukses menjalani bisnis jasa konstruksi jalan dan aspal hotmix diakui David Gouw bukanlah impiannya.
Dalam diskusi santai dengan KabarKibar.id, Sabtu 13 Mei 2023 di kawasan Alam Sutera David mengungkapkan, latar belakangnya adalah teknik mesin bukan teknik sipil.
Lahir dan dibesarkan dari keluarga sederhana di Jakarta Kota pada bulan Oktober tahun 1962, David menceritakan kisah perjalanan dirinya hingga menjadi pengusaha sukses seperti sekarang.
Keluarga David berasal dari keturunan Tionghoa, dan dirinya merupakan generasi ketiga yang telah tinggal di Indonesia.
Awalnya, David sama sekali tidak merasa bahwa dirinya akan menjadi pengusaha sukses.
Sejak kecil, David Gouw sangat menyukai hal–hal yang berkaitan dengan mesin.
Hal itu lah yang membuat David memilih kuliah jurusan teknik mesin.
David Tama Gouw Kerja Paruh Waktu di Taiwan
David yang sebelumnya bersekolah di SMA 18 Jakarta itu akhirnya memilih mengadu nasib dengan berkuliah di Negara Taiwan.
Tahun 1984, David mengeyam pendidikan perguruan tinggi di National Taiwan University jurusan Teknik Mesin.
Keberadaannya di Negeri Formosa atau Naga Kecil itu, lanjut David, hanya bermodal nekat dan atas ajakan dari sang kakak.
“Kakak saya yang paling besar saat itu melihat saya kerjaannya main doang. Nah pas lulus SMA dia nawarin ‘mau ga kuliah di luar Negeri?” ujar David Gouw.
Semasa kuliah itu David bekerja paruh waktu pada beberapa pabrik di Taiwan kala itu sambil kuliah.
Salah satunya adalah David bekerja pabrik yang memproduksi material.
Kerja paruh waktu dilakukan David untuk memenuhi kebutuhan hidup yang tinggi selama di Taiwan sekaligus menambah pengetahuan di bidang teknik mesin.
Seperti pada saat dirinya bekerja di sebuah perusahaan yang memproduksi baut untuk pesawat terbang, motor, dan mobil.
Sekembali ke Indonesia, David juga di pabrik baut, lebih kurang setahun.
Baru pada tahun 1991, David bekerja di perusahaan konstruksi di bagian alat berat.
Menurut David, itu merupakan hal yang sesuai dengan dasar keilmuan yang dimilikinya semasa kuliah.
Sampai akhirnya, dia mulai mempelajari konstruksi jalan khususnya aspal jalan di bagian di bagian Aspal Mixing Plan (AMP) yang berada pada pool yang sama.
Tinggalkan Balasan