BENGKULU, KABARKIBAR.ID– Provinsi Bengkulu kini menjadi lumbung pangan nasional setelah sukses menjalani Program Transmigrasi Bengkulu 2025.

Wakil Menteri Transmigrasi Viva Yoga Mauladi menegaskan kawasan ini berkembang pesat dan menjadi role model nasional.

Kisah nyata seperti yang dialami Sunanto, transmigran asal Wonogiri, membuktikan bahwa transmigrasi mampu mengubah nasib.

Dia termasuk salah satu dari 71 kepala keluarga yang dipindahkan ke Bengkulu Utara pada 1980, saat pembangunan Bendungan Gajah Mungkur memaksa 17 desa ditransmigrasikan keluar Jawa.

Ketika pertama kali tiba di Desa Giri Kencana, Kecamatan Ketahun, Bengkulu Utara, Sunanto yang saat itu baru berusia 19 tahun, menghadapi hutan belantara penuh babi hutan dan harimau.

Infrastruktur minim membuat perjalanan dari Kota Bengkulu ke desa barunya harus ditempuh seharian penuh dengan jalan berlumpur.

“Sekarang perjalanan hanya dua jam. Dulu sangat berat, tapi kami belajar bertahan,” kenangnya, Selasa 9 September 2025.

Dengan lahan 2 hektare yang diberikan pemerintah, Sunanto menanam palawija dan perlahan meningkatkan taraf hidup keluarganya.

Kini daerahnya berkembang jadi kawasan ekonomi dengan fasilitas modern. “Ada yang menyesal tidak ikut transmigrasi. Saya justru merasa sangat beruntung,” ujarnya.

Kawasan Transmigrasi Bengkulu Jadi Sentra Baru

Dalam kunjungannya ke Desa Giri Kencana, Wamen Transmigrasi Viva Yoga menyebut ada 5 kawasan transmigrasi di Bengkulu:

  1. Lagita dan Enggano (Bengkulu Utara)
  2. Kedurang (Bengkulu Selatan)
  3. Muara Saung (Kaur)
  4. Padang Ulaktanding (Rejang Lebong)

“Tujuan transmigrasi adalah mengentaskan kemiskinan. Dengan lahan 2 hektare, transmigran bisa mandiri dan daerah ini berkembang jadi pusat produksi pangan,” tegasnya.

Perubahan paling mencolok terlihat di Lagita, Bengkulu Utara, yang kini berkembang menjadi Kawasan Terpadu Mandiri.