KabarKibar.id – 400 orang lebih tewas di Negara Bagian Rakhine, Myanmar setelah Siklon Mocha terjang di pantai antara Distrik Cox’s Bazar di Bangladesh dan kota Kyaukpyu di Myanmar.

Hal itu diungkap oleh Aliansi Nasional Arakan Rohingnya (ARNA) pada Rabu, 17 Mei 2023.

Pada pernyataannya, kelompok hak asasi manusia itu mengatakan desa-desa pesisir di ibu kota Rakhine, Sittwe, rusak parah dan lebih dari 400 warga yang mayoritasnya Muslim, tewas.

Dalam statement itu juga menambahkan bahwa lebih dari 10.000 rumah telah hancur dan jumlah korban tewas diperkirakan akan terus meningkat.

Pusat Peringatan Topan Gabungan mengatakan, Siklon Mocha, merupakan salah satu badai terkuat yang melanda wilayah tersebut, masuk ke pesisir Rakhine dengan kecepatan angin lebih dari 217 km/jam.

“Di Sittwe, 130.000 etnis Rohingya telah terkurung di kamp pengungsi, seperti kamp konsentrasi, sejak 2012. Sebagian besar dari mereka tidak dievakuasi. Salah satu kamp, ​​yang ada sekitar 380 tempat penampungan berada, hancur total akibat banjir hingga 30 kaki,” kata Nay San Lwin, pendiri Koalisi Pembebasan Rohingya kepada Anadolu.

Sumber lain mengatakan, jumlah korban tewas di Sittwe bisa mencapai lebih 400, namun data tersebut belum bisa dipastikan karena terganggu akibat jaringan seluler dan internet yang terbatas di daerah tersebut.

Lwin juga menambahkan bahwa bangunan-bangunan di kamp tersebut mengalami kerusakan parah sampai 90 persen.

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), ketinggian air banjir akibat dampak siklon telah meningkat jadi 2,7 sampai 3 meter di dataran rendah Arakan dan pesisir Bangladesh.

Mocha menghancurkan hampir semua rumah, penampungan, sekolah, masjid, biara, klinik, dan semua infrastruktur di Sittwe.

Siklon Mocha juga menghantam kota Ponnagyan, Kyauktaw, Mrauk-U, Myebon, Pauktaw dan Rathedaung.

Melalui statementnya, ARNA mengutuk keras junta militer Myanmar karena kurangnya upaya dan manajemen bencana untuk menyelamatkan nyawa orang.

Mereka juga mengatakan bahwa saat ini masyarakat sangat membutuhkan air bersih, obat-obatan, tempat tinggal, makanan dan kebutuhan pokok, serta mengimbau masyarakat internasional dan LSM untuk datang membantu mereka.