Ukraina telah menerima pasokan bom cluster dari Amerika Serikat (AS) yang menjadi perhatian internasional.

Otoritas di Kyiv telah menegaskan bahwa mereka akan membatasi penggunaan bom cluster tersebut, yang dilarang di lebih dari 100 negara, hanya untuk mengusir posisi tentara musuh di wilayahnya.

Keputusan ini diambil setelah pengumuman resmi dari komandan distrik militer selatan Ukraina, Tavria, yang menyatakan bahwa pasokan persenjataan tersebut telah tiba di wilayah mereka sekitar satu minggu setelah pengumuman AS mengenai bantuan tersebut.

Pasokan bom cluster ini merupakan bagian dari paket bantuan keamanan senilai total US$800 juta yang diberikan oleh Amerika Serikat.

Pentagon, atau Departemen Pertahanan AS, juga telah mengonfirmasi kedatangan pasokan bom cluster di Ukraina.

Namun, Rusia dengan tegas mengutuk pengiriman bom cluster ke Ukraina.

Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, bahkan mengancam bahwa Rusia juga dapat menggunakan senjata serupa jika terlibat dalam konflik yang melibatkan penggunaan bom cluster di medan perang.

Pihak otoritas di Kyiv menjelaskan bahwa penggunaan bom cluster ini dilakukan dengan alasan penanaman ranjau oleh pasukan Rusia di wilayah yang diduduki.

Ukraina telah meluncurkan serangan demi merebut kembali wilayah-wilayah yang terletak di bagian tenggara dan sekitar Bakhmut, yang sebelumnya dikuasai oleh pasukan Rusia sejak Mei lalu.

“Langkah ini akan mengurangi motivasi pasukan pendudukan Rusia dan secara signifikan akan mengubah situasi di medan perang yang mendukung Angkatan Bersenjata Ukraina,” ujar Valeryi Shershen, juru bicara distrik militer selatan Ukraina, dalam wawancara dengan Radio Liberty yang didanai oleh AS.

Bom cluster adalah senjata kontroversial yang terdiri dari sebuah bom yang mengandung banyak submuniti.

Ketika bom ini meledak di udara, submuniti tersebut akan tersebar di area yang luas dan dapat mencakup wilayah yang lebih besar daripada bom konvensional.

Namun, bom cluster juga memiliki dampak yang berkelanjutan, karena seringkali submuniti yang tidak meledak dapat menjadi ranjau berbahaya bagi warga sipil yang beraktivitas di daerah tersebut setelah konflik berakhir.

Dalam situasi konflik yang melibatkan penggunaan bom cluster, penting untuk memastikan bahwa penggunaannya dilakukan dengan sangat hati-hati dan sesuai dengan hukum humaniter internasional.

Ukraina telah menegaskan komitmennya untuk membatasi penggunaan bom cluster dan mengutamakan keselamatan warga sipil serta kepatuhan terhadap hukum internasional.

Situasi di Ukraina terus berkembang dengan eskalasi konflik antara Ukraina dan Rusia.

Keputusan penggunaan bom cluster ini memperumit kondisi dan menimbulkan kekhawatiran dari berbagai pihak.